Bernas.id – Selama ini banyak orang beralasan kerap tidak bisa menulis karena belum punya laptop. Alasan klasik ini jadi dalil untuk dimaklumi jika sejauh ini belum menulis buku. Khususnya bagi kalangan pelajar yang punya impian untuk jadi penulis kelak. Kemampuan finansial yang masih bergantung dengan orang tua jadi kendala tak kunjung bisa membeli laptop. Penghasilan orang tua yang pas-pasan menambah deretan masalah sehingga tidak bisa meminta untuk dibelikan.
Memiliki laptop memang bisa memudahkan seseorang untuk menulis. Impian jadi penulis terasa lebih dekat untuk dicapai. Namun, dalam penerapannya ternyata laptop bukan jadi senjata utama bagi penulis. Tanpa harus punya laptop, seseorang masih bisa menulis di buku, media sosial, blog atau note di gawai.
Baca juga: Contoh Paragraf Induktif, Deduktif, Campuran, dan Ineratif
Sekalipun Anda memiliki laptop paling terbaru, selama tidak punya senjata utama ini semua akan berujung sia-sia. Ini 5 senjata yang bisa Anda miliki:
Seribu Tekad
Pengakuan dari Tere Liye dan Helvy Tiana Rosa, menulis adalah tentang tekad. Bukan mengandalkan bakat saja. Bagi orang yang hendak full time menjadi penulis, ia wajib memiliki seribu tekad. Ribuan tekad itu untuk jadi bahan bakar baginya kala terpuruk. Penulis yang punya satu tekad saja, ia seperti punya satu lilin yang menyala dalam perjalanan untuk pulang ke rumahnya di dalam hutan. Bila satu lilin itu mati, tamatlah riwayatnya.
Berbeda sekali dengan seseorang yang punya ratusan bahkan ribuan hasrat. Penulis dengan tekad yang kuat tak akan berhenti meski naskah ditolah. Satu tekadnya memang telah patah, tapi masih ada tekad-tekad lain yang sudah mengantri. Ia tinggal mengambil dan membawanya kembali untuk menemaninya dalam meramu diksi. Penulis dengan berlimpah keinginan selayak orang yang menggenggam matahari sebagai penerang jalannya. Siapa yang bisa memadamkan mentari selain malam, mendung, hujan dan salju?
Oleh karenanya, wajib bagi seseorang yang bercita-cita jadi penulis untuk membuat list tekad-tekadnya. Tekad yang terbaik dibuat berdasarkan dari hati terdalam. Tidak dari hasil ikut-ikutan orang lain. Karena setiap penulis punya tekad yang berbeda. Sebelum mulai menggerakkan pena, temukan dulu jajaran semangat yang mau dibawa sampai mati.
Baca juga: 4 Langkah Menemukan Ide Pokok Paragraf dengan Mudah
Buku
Senjata selanjutnya, buku! Ini bukan rahasia lagi. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Menulis diibaratkan seperti orang menuang teko ke gelas-gelas. Isi gelas bergantung pada apa yang ada di dalam teko. Jika isi dalam teko susu, pasti yang tertuang susu pula. Bila isinya habis, gelas-gelas kosong tak bisa lagi terisi. Untuk bisa mengisi gelas kosong, kita harus mengisi tekonya terlebih dahulu. Dalam proses menulis, teko sama dengan otak manusia. Sedangkan susu, kopi, teh, sirup adalah buku-buku yang telah kita baca. Nah, gelas kosong tadi bak laptop yang kamu tulis untuk jadi naskah. Kualitas naskah seseorang berbanding lurus dengan literatur yang dibacanya.
Baca juga: 51 Jenis Font Keren untuk Desain dan Menulis Buku
Ejaan Bahasa Indonesia
Senjata ini sering jadi musuh besar calon penulis, malahan guru bahasa Indonesia jarang memakainya dan tidak bisa menggunakannya. Menurut tirto.id, rata-rata uji kompetensi guru bahasa Indonesia nilainya di bawah 50. Ini karena kebanyakan guru bahasa Indonesia mengajarkan teori dan melupakan praktik. Senjata itu bernama Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), dulu dikenal dengan nama Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Era digital seperti sekarang ini, aplikasi PUEBI sudah bisa diunduh di gawai. Di waktu kosong, sangat bagus untuk mempelajari kaidah-kaidah penulis dari PUEBI.
Baca juga: Mengenal Pengertian dan Ciri-ciri Komik sebagai Karya Sastra
Kamus Bahasa Indonesia
Harga kamus cukup mahal jika harus membelinya. Makanya, cukup unduh KBBI di gadget kesayangan itu jadi solusi. Fungsinya, untuk menghindari typo dan mengetahui bagaimana penulisan bentuk bakunya yang tepat. Seperti nasihat atau nasehat, praktik atau praktek, orang tua atau orangtua. Dengan adanya kamus, seseorang bisa langsung mengecek langsung. Terutama ketika membaca buku lalu menemukan kosakata baru.
Baca juga: Interpretasi : Pengertian, Tujuan, dan Macam-macamnya
Tesaurus
Buku ini belum terlalu familiar, padahal punya peranan penting bagi penulis. Bagi seseorang yang ingin memperbanyak perbendaharaan diksi, wajib memilikinya. Tesaurus merupakan sumber referensi berupa daftar kata dengan sinonim dan antonimnya. Jangan karena berjibun pilihan kata yang ditawarkan, Anda memilih kata yang tidak akrab dengan telinga. Itu bisa jadi petaka bagi pembaca tulisan Anda.
Wuah, tunggu apalagi dengan memegang senjata di atas tadi, jalan Anda untuk jadi penulis besar terbuka lebar. Anda yang tidak punya laptop tidap perlu galau. Selama amunisi ini Anda genggam, Anda akan menulis tanpa henti.
Baca juga: 18 Jenis Konjungsi, Pengertian, dan Contoh Kalimat Terlengkap