Bernas.id ? Ketika mendengar kata desa, otak Anda akan segera menggambarkan bentangan sawah yang demikian hijau, hamparan terasiring sawah di wilayah pegunungan diiringi dengan hawa yang sejuk.
?Stop! Bisa dihentikan dulu imajinasinya??
Fenomena yang ada adalah sawah yang terhampar itu tergantikan dengan perumahan. Perkembangan pesat dunia perumahan adalah perkembangan yang sangat positif, namun penutupan lahan pertanian sedikit demi sedikit adalah sesuatu yang mengenaskan. Pemandangan sawah di desa diiringi dengan perumahan di tengahnya, apabila masih ada sawah walau di sebelah perumahan, sawah itu sudah ditandai milik perusahaan pengembang.
Petani mulai menyerah untuk menanam padi kemudian menjualnya pada pengembang perumahan dengan harapan agar hasil penjualan sawah dapat digunakan untuk usaha lain yang lebih menguntungkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Banyak faktor terbesar yang menyebabkan petani menyerah untuk melanjutkan profesinya, diantaranya adalah keuntungan yang sedikit, waktu yang lama dan harga pupuk.
Modal yang dihabiskan petani mulai dari membeli benih, pupuk, dan biaya perawatan sekitar 2 juta rupiah, apabila hasil panen bagus, petani akan mendapatkan hasil sekitar 7,5kw dengan harga Rp500.000/kw, harga ini adalah harga termahal. Namun, apabila musim hujan padi hanya dijual Rp300.000/kw. Maka total yang didapat petani di musim kemarau adalah Rp3.700.000 dan di musim penghujan total harga yang didapat adalah Rp2.250.000. Keuntungan petani dimusim kemarau adalah Rp1.700.000 dan keuntungan petani di musim penghujan hanya Rp250.000 (salah satu daerah di Sidoarjo).
Keuntungan yang tidak seberapa itu bukan didapat selama 1 bulan sebagaimana pegawai di perusahaan, melainkan didapat selama 4 bulan. Keuntungan itu belum dikurangi lagi biaya sewa Rp450.000/per sawah apabila petani tidak memiliki tanah persawahan itu sendiri.
Ingatlah, pendapatan di atas adalah hasil terbaik yang didapatkan petani apabila panen baik. Kemudian bagaimana bila hasil panen rusak? Maka, jangan pernah berani menanyakan keuntungannya. Dengan keadaan petani seperti di atas, kira-kira berapa lama petani akan bertahan dengan profesinya?
Apabila tidak ada kebijakan yang menguntungkan petani secara langsung, maka tidak usah dipertanyakan lagi. Kenapa tidak ada anak muda yang tertarik dengan profesi ini. Kreatifitas dan inovasi generasi muda dibidang pertanian sangat diperlukan, agar petani tidak lagi melakukan penanaman padi secara konvensional yang menghabiskan waktu, tenaga dan dana yang tidak sedikit. Sehingga, tidak perlu lagi koar-koar ?bangga sebagai petani? kalau kenyataan tak seindah ucapan, karena kata-kata ini akan benar terealisasi apabila semua pihak ikut berkontribusi dalam membangunnya.