Bernas.id – Porsi kesenian di dalam pendidikan selama ini mendapatkan jam pelajaran paling sedikit di sekolah. Tak jarang, pendidikan kesenian di beberapa sekolah hanya menjadi ekskul tambahan. Kalaupun ada, sangat sedikit guru kesenian yang bereksplorasi, mengembangkan pelajarannya menjadi lebih baik.
Kesenian, baik itu seni rupa, seni tari, maupun musik, merupakan suatu wadah bagi manusia untuk mengekspresikan diri melalui panca inderanya. Ketika manusia mengekspresikan dirinya, maka hormon endorfin yang menjadikan manusia bahagia akan bekerja. Badan akan terasa lebih rileks. Kondisi ini menyebabkan otak berada di gelombang alf, gelombang terbaik dalam menerima materi.
Jika kesenian itu sebuah wadah, maka isi dari wadah tersebut bermacam-macam jenisnya. Seperti sebuah mangkuk, kesenian dapat menampung pelajaran Bahasa, Sosial, IPA, dan Matematika. Seni dapat membuat materi yang dianggap siswa serius, menjadi materi yang menyenangkan untuk dipelajari. Selain itu seni dapat memunculkan keterkaitan materi pelajaran dengan dunia nyata yang dapat terlihat, tercium, dan terdengar.
Seorang guru IPA yang kreatif, dapat membuat penjelasan tentang sel menjadi lebih atraktif dengan membuat model sel dari kreasi tanah liat. Senada dengan itu, seorang guru agama dapat membuat desain kaos remaja yang menyerukan pentingnya kita shalat. Guru bahasa, memanfaatkan kemampuan musik siswa dan membuat seni musikalisasi puisi.
Kesenian bukanlah suatu bidang yang terpisah dalam mata pelajaran yang lain. Kesenian menyelimuti pelajaran lain dan membuatnya lebih berjiwa dan bermakna.