Bernas.id – Pernahkah Anda terheran-heran melihat dr. Tompi? Dokter tersebut tidak hanya pintar secara akademik, tetapi sangat piawai dalam bermain musik. Tompi dikenal sebagai musisi yang lagunya selalu menempati posisi saat dirinya mengeluarkan album. Sebenarnya tidak hanya Tompi. Banyak kasus musisi lainnya yang pintar di bidang psikomotorik seperti olahraga, musik, dan seni yang juga pintar di bidang akademis. Sebut saja musisi Brian May, gitaris band Queen. Di dunia musik Brian May dikenal sebagai gitaris namun di dunia Fisika, beliau dikenal sebagai profesor astrofisika.
Osama Abdelkarim bersama rekan-rekannya melakukan penelitian terhadap anak-anak usia 6-18 tahun. Ia meneliti tentang hubungan antara prestasi akademik dan aktivitas fisik pada anak. Penelitian ini didanai oleh Alexandria University Faculty of Medicine. Ia menggunakan DMT, alat ukur untuk memeriksa koordinasi, kecepatan, kekuatan, dan ketahanan. Untuk mengukur kemampuan berpikir, Osama menggunakan alat tes KFT. Alat tes KFT kurang lebih serupa dengan tes IQ. Kesimpulan dari penelitiannya adalah bahwa mengembangkan aktivitas fisik pada anak sekolah dasar dapat meningkatkan kemampuan motorik sekaligus kognitifnya.
Upayakan anak-anak Anda mendapat stimulus seimbang antara akademik dan kegiatan psikomotorik. Seperti halnya level berpikir kognitif pada Higher Order Thinking (HOT), kegiatan psikomotorik pun memiliki tingkatan perkembangannya. Benjamin S. Bloom terkenal dengan teori perkembangan kognitif anak. Namun selain itu, bloom juga meneliti tentang level perkembangan psikomotorik dan afektif. Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh Ravindra H Dave. Jika kita ingin meningkatkan kemampuan psikomotorik anak, ikuti tingkatan perkembangan motorik berikut.
Level yang terendah adalah Imitation. Pada tahap imitasi, anak akan mengamati, belajar melakukan dengan tuntunan oleh orang tua atau guru. Tahapan selanjutnya adalah Manipulation. Kegiatan yang sama diulangi beberapa kali. Guru masih memberikan instruksi verbal dan anak mengikuti. Setelah belajar mengamati dan mengulang-ulang instruksi, perlahan bantuan dikurangi.
Tahap berikutnya adalah Precision. Precision adalah kemampuan mengulangi gerakan yang sama secara presisi dengan instruksi tanpa bantuan sama sekali. Anak sudah mulai percaya diri melakukannya sendiri. Setelah Precision, level selanjutnya adalah Articulation. Anak mulai melakukan modifikasi terhadap gerakan. Menambahkan variasi dalam aktivitasnya di luar instruksi yang diajarkan.Tahap terakhir adalah Naturalization. Tahapan di mana anak sudah dapat mengembangkan aktivitasnya secara otomatis. Menggunakan intusinya dan menyesuaikan ke dalam konteks yang berbeda.
Tidak jarang orang tua yang menganggap anaknya tidak pintar jika anak berprestasi dalam olahraga, musik, dan kesenian. Seakan-akan ada kastanisasi bidang studi. Mereka tidak melihat bahwa proses belajar adalah satu kesatuan yang utuh. Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan kita untuk bersikap tawazun yang berarti seimbang. Seimbang jasmani, akal, dan rohani.
Disadur dari https://spatkinson.wordpress.com
http://www.sciencedirect.com/