Bernas.id – Akar dari berbagai macam permasalahan biasanya terletak pada cara komunikasi. Terhambatnya komunikasi antara orang tua dan anak dapat menyebabkan hubungan mereka merenggang. Terutama pada masa-masa kritis saat anak memasuki usia remaja. Thomas Gordon, seorang pakar disiplin positif memberikan kriteria penghalang komunikasi.
Memberikan Perintah
Memberikan perintah akan menimbulkan kesan bahwa hak anak untuk berpendapat tidak dihargai. Seakan kata-kata dari orang tua adalah harga mati dan mereka tidak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pemikiran, mengungkapkan perasaan, dan kebutuhannya.
Mengancam
Mengancam akan menimbulkan kepatuhan anak yang disebabkan akan rasa takut. Anak akan cenderung takut berbuat salah karena ada ancaman. Pada usia remaja, mereka malah cenderung akan tergoda melakukan hal-hal yang dilarang orang tuanya dan tidak memedulikan ancamannya.
Terlalu Sering Menasehati
Terlalu sering dinasehati akan membuat anak merasa dirinya tidak pernah benar. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri. Dia tidak berani mengungkapkan pendapatnya secara mandiri.
Memuji
Yang dimaksud memuji di sini adalah memuji tanpa memberikan alasan lebih lanjut. Misalnya orang tua yang selalu memuji gambar anaknya dengan kata-kata ?bagus?. Bagus tanpa ada penjelasan lanjutan. Jika ini dilakukan berulang-ulang maka anak akan menganggap itu hanya jawaban biasa. Bahwa orang tua tidak benar-benar mengapresiasi yang dilakukannya. Padahal orang tua dapat melanjutkan kalimatnya, ?Bagus sekali gambar Tata! Mama suka pohon apelnya. Besar-besar dan kelihatan lezat ya!? Lebih menyenangkan, bukan?
Memberi Label
Berapa banyak dari orang tua yang senang diberi julukan ?si bandel, si usil, atau si bawel?? Apalagi jika ini dilakukan berulang kali. Anak akan mengonsep dirinya sesuai julukannya. Buat mereka tak ada gunanya berbuat baik. Tetap saja sebaik-baiknya ia melakukan sesuatu ia akan dianggap jelek oleh orang tuanya.
Menganalisa
Tanpa tahu duduk permasalahannya orang tua menganalisa kata-kata, perilaku, bahkan teman anak-anak mereka. ?Kayaknya kamu sudah mulai nggak mau diatur ya sama Mama. Dari tadi ditanyain cemberut saja. Jangan-jangan kamu sudah terpengaruh dengan Khansa. Jadi nggak sopan sama orang tua!? Belum sempat anak mengutarakan isi hatinya, atau sesuatu yang membuat pikirannya resah orang tua sudah menuduh dan menganalisa berlebihan tingkah laku anak. Semua dugaan itu bersifat semu. Belum tentu kebenarannya.
Bersimpati
Bersimpati dengan mengatakan ?Mama tahu perasaanmu?, atau ? Mama pernah merasakannya? tidak membuat anak merasa lebih baik. Cukup orang tua menjadi pendengar yang baik dan menggunakan teknik active listening sehingga anak bercerita lebih banyak.
Mempertanyakan
Mempertanyakan pendapat anak membuat anak menjadi merasa terus disalahkan. Lama-lama ia akan malas berpendapat. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini akan membuat anak merasa diinterogasi. Contoh pertanyaan menginterogasi, di antaranya, “Kamu tadi pergi dengan siapa?” Atau, “Berapa lama tadi belajar di rumah?” Misalnya, hanya satu jam, kemudian dilanjutkan dengan, “Begitu mau dapat nilai bagus?”. Atau pertanyaan yang memojokkan seperti ini, “Tahu apa kamu tentang soal cinta?” Jika orang tua lontarkan pertanyaan-pertanyaan ini, hampir dapat dipastikan anak remaja akan semakin bungkam dan menjauh.
Tidak mudah memang untuk menjadi orang tua. Orang tua dituntut untuk memenuhi kebutuhan anak. Yang orang tua perhatikan biasanya hanya kebutuhan fisik, yakni sandang, pangan, papan. Dan menempatkan kebutuhan psikis selaras dengan kebutuhan fisik akan saling melengkapi kebutuhan anak. Memenuhi kebutuhan psikis akan membuat keran komunikasi orang tua dan anak lebih terbuka.