Bernas.id – Ternyata bahasa Jawa tidak hanya digunakan oleh orang Indonesia saja. Di Suriname bahasa Jawa digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Karena adanya migrasi besar-besaran pada saat penjajahan Belanda yang berlangsung 100 tahun yang lalu. Mengakibatkan banyaknya warga Indonesia suku Jawa yang berada di Suriname. Warga Indonesia yang di bawa ke Suriname melakukan perjalana selama kurang lebih 8 bulan menggunakan kapal laut. Sehingga sebagian banyak yang meninggal diperjalanan karena kelaparan atau sakit. Sementara bagi mereka yang masih hidup kemudian dipekerjakan sebagai kuli kontrak.
Sebenarnya keseluruhan warga yang didatangkan dari Indonesia tidak berasal dari suku Jawa saja. 70% merupakan orang Jawa, 15% suku Madura, 10% suku Sunda, dan 5% lainnya seperti suku Betawi. Karena dominan berasal dari suku Jawa akhirnya penggunakan bahasa yang minoritas ditinggalkan atau tidak digunakan lagi.
Di Suriname penggunaan bahasa Jawa juga digunakan sehari-hari jadi jangan heran jika menemukan nama-nama unik seperti Wagiran, Tjahyono, Muldjono, Soto di Suriname. Ragam bahasa Jawa juga dikenal di sana, terdapat tiga ragam bahasa yaitu ngoko, krama dan krama napis. Sebenarnya pelafazannya sama seperti yang diucapkan oleh masyarakat Jawa yang berada di Indonesia pada umumnya.
Namun secara penulisan masih menggunakan ejaan lama, karena perpindahan masyarakat pada tahun 1890-1939 sehingga tidak ada pembaharuan seperti di Indonesia. Fakta baru ditemukan pada bahasa Jawa Suriname yakni menghilangnya fonem th dan dh, sehingga berevolusi menjadi t dan d saja. Jika di Indonesia ditulis 'macan' maka di Suriname ditulis matjan, contoh lain kata bathuk yang artinya kening ditulis batuk. Padahal jika di Indonesia batuk sudah berbeda makna dengan bathuk. Kata clana yang artinya celana di Suriname ditulis tjlana. Kata dhadha yang artinya dada ditulis dada. Padahal dalam basa Jawa di Indonesia dada memiliki arti selamat tinggal dengan melambaikan tangan. Itulah beberapa contoh penulisan bahasa Jawa di Suriname. Meskipun pelafzannya hampir sama namun jika diartikan secara utuh memiliki makna yang berbeda meskipun maksudnya tetap sama.
Krisis bahasa juga diarsakan di Suriname, penutur bahasa Jawa Suriname kebanyakan berasal dari kalangan orang tua. Kalangan generasi muda juga kesusahan untuk menggunakan bahasa Jawa. Seperti yang dirasakan di Indonesia, bahasa Jawa meskipun banyak penuturnya namun sudah mulai bercampur dengan kultur bahasa yang baru.