YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Di akhir 2020, DIY telah mencatatkan kenaikan inflasi sebanyak 0,48%. Dengan capaian tersebut, secara tahunan inflasi DIY 2020 tercatat 1,40%, lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi di Jawa yakni 1,73% maupun nasional pada 1,68%.
Kepala Bank Indonesia (BI) DIY, Hilman Tisnawan mengungkapkan realisasi inflasi ini sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia DIY sebelumnya yakni pada kisaran 1,3-1,7%.
“Rendahnya inflasi 2020 merupakan dampak dari penurunan daya beli akibat pandemi. Namun dalam dua bulan terakhir, aktivitas konsumsi perlahan mulai meningkat sehingga mendorong tingkat inflasi,” terang Hilman, Senin (4/1/2021).
Hal tersebut menurutnya didukung oleh Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada akhir tahun yang terus meningkat mencapai level optimis dengan indeks 108,1, pertama kalinya sejak April 2020 yang selalu berada pada level pesimis. Dari sisi penjualan riil, Indeks Penjualan Eceran juga tercatat meningkat dari 86,95 pada triwulan III 2020 menjadi 93,41 poin pada triwulan IV 2020.
Ia mengungkapkan, inflasi yang terjadi pada Desember 2020 terutama disebabkan oleh inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile food) dan inflasi kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices). “Adapun inflasi kelompok inti cenderung stabil,” imbuhnya.
Dari sisi volatile food, menurutnya inflasi kelompok pangan mengalami peningkatan, utamanya disebabkan oleh peningkatan permintaan yang di sisi lain diiringi jumlah pasokan yang terbatas. Kunjungan wisatawan ke DIY pada akhir tahun telah mendorong peningkatan konsumsi pangan. “Di sisi lain, pencairan dana bansos PKH dan BPNT pada Desember 2020 memicu kenaikan permintaan terhadap komoditas telur ayam ras,” katanya.
Ia meneruskan, memasuki musim penghujan, kelompok tanaman pangan dan hortikultura masih memasuki masa tanam, sehingga tingkat produksinya menurun. Secara khusus, pada komoditas aneka cabai, intensitas curah hujan yang tinggi dan virus menyebabkan beberapa daerah sentra mengalami gagal panen. “Hal ini berimbas pada penurunan pasokan yang menyebabkan kenaikan harga secara nasional,” jelas dia.
Dia meneruskan, kelompok administered prices mengalami inflasi, karena dipicu oleh sektor transportasi. Sesuai siklus akhir tahun, permintaan transportasi kereta api dan angkutan udara menuju DIY mengalami lonjakan. “Hal ini menyebabkan tarif kedua moda transportasi tersebut mengalami peningkatan,” kata dia.
Dia menambahkan, dari sisi inflasi kelompok inti, kondisinya cenderung stabil. DIY telah menetapkan kenaikan UMK kota/kabupaten se DIY 2021 dengan rata-rata 3,24%. Hal ini memicu peningkatan optimisme masyarakat yang akan mendorong konsumsi kedepan.
“Sementara itu progres uji klinis vaksin Covid-19 menunjukkan hasil yang kian positif, sehingga optimisme masyarakat terhadap pemulihan ekonomi kedepan terus meningkat,” ujarnya.
Hilman menambahkan, melihat perkembangan terkini, Bank Indonesia meyakini ekonomi pada 2021 akan berangsur pulih. Dan hal ini akan berdampak pada peningkatan inflasi 2021 yang diproyeksikan pada kisaran 3±1% (den)