Bernas.id – Bahasa Jawa adalah anggota rumpun bahasa Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia. Kerabat terdekatnya adalah Melayu, Sunda, Madura, dan Bali. Ini adalah bahasa Austronesia kedua yang paling banyak digunakan setelah bahasa Indonesia, dan bahasa keempat belas yang paling banyak digunakan di dunia.
Bahasa Jawa dianggap sebagai salah satu bahasa klasik dunia, dengan tradisi sastra yang berusia lebih dari seribu tahun. Prasasti tertua yang di dalam bahasa Jawaini berasal dari tahun 804 Masehi. Bahasa Jawa adalah bahasa lisan lebih dari 75 juta orang di bagian tengah dan timur pulau Jawa, di Indonesia (Etnolog). Ini juga digunakan di Malaysia, Belanda, dan di Singapura (Ethnologue).
Lantas apakah bahasa Jawa memang paling banyak digunakan? Bahasa Jawa menjadi bahasa yang relatif sulit karena memiliki beberapa tingkatan, apa tingkatan dalam bahasa Jawa? Bagaimana sejarahnya? Pembagian dialek bahasa Jawa? Struktur penulisan bahasa Jawa? Tentu masih banyak pertanyaan yang ada dibenak Anda. Simak artikel berikut ini.
Baca juga: 99 Asmaul Husna Beserta Artinya Bahasa Indonesia Lengkap
Daftar Isi :
- Bahasa Jawa Paling Banyak Digunakan di Indonesia
- Tingkatan dalam Bahasa Jawa
- Sejarah Ngoko dan Krama Inggil Jawa
- Penggunaan Ngoko dan Krama Inggil
- Dialek Bahasa Jawa
- Sistem Penulisan dalam Bahasa Jawa
- Kesimpulan
Bahasa Jawa Paling Banyak Digunakan di Indonesia
Meskipun bukan bahasa resmi Indonesia, bahasa Jawa diakui sebagai bahasa daerah di tiga provinsi Jawa dengan konsentrasi penutur bahasa Jawa terbesar, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta yang diajarkan di sekolah-sekolah, digunakan dalam kegiatan keagamaan. praktek dan di media elektronik dan cetak.
Bahasa Jawa juga digunakan sebagai bahasa sastra di Madura, Bali, Lombok, dan Jawa Barat. Bahasa Jawa digunakan sebagai bahasa lisan dan komunal di daerah pinggiran dan pedesaan Jawa, dan di beberapa bagian masyarakat perkotaan. Bahasa Indonesia digunakan di media seperti TV, surat kabar dan majalah, sedangkan bahasa Jawa hanya digunakan pada program-program tertentu di radio atau televisi dan di kolom surat kabar tertentu.
Baca juga: Kompetisi Bahasa dan Sastra Digelar, Ada Stand Up Comedy Bahasa Jawa
Tingkatan dalam Bahasa Jawa
Ada beberapa tingkatan (karma) dalam bahasa Jawa yang menjadi pembeda dengan bahasa lainnya. Berikut penjelasannya:
1. Bahasa Jawa Ngoko
Bahasa Jawa ini berfungsi untuk berkomunikasi dengan orang yang akrab, orang yang hampir seumuran atau orang lain yang kita ajak bicara tetapi orang tersebut berstatus sosial rendah.
Contoh Bahasa Jawa Ngoko:
- Aku arep mangan (Aku ingin makan)
2. Medium Kromo/Kromo Lugu
Bahasa kromo ini biasanya digunakan sebagai bahasa sehari-hari atau bahasa pergaulan yang lebih santun daripada bahasa ngoko, sedangkan bahasa kromo inggil biasanya digunakan untuk berbicara kepada orang yang lebih tua atau orang yang memiliki kedudukan dengan status sosial yang lebih tinggi atau orang yang dihormati dan dihormati di masyarakat.
Contoh Bahasa Jawa Kromo Lugu:
- Pakdhe kesah dhateng Semarang nitih becak
3. Bahasa Jawa Kromo
Bahasa Jawa Kromo berfungsi sebagai media komunikasi kepada orang yang belum akrab, untuk berkomunikasi dengan orang tua atau orang yang berstatus sosial tinggi.
Dan dalam bahasa kromo masih terbagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Krama Madya
Contoh: Kula ajeng nedha (aku mau makan)
b. Kromo Halus atau Kromo Inggil
Contoh: Bapak kersa dhahar? (Apakah ayah ingin makan?)
Baca juga: Uniknya Bahasa Jawa Suriname, Simak Yuk!
Sejarah Ngoko dan Krama Inggil Jawa
Ngoko adalah bahasa informal orang Jawa, sedangkan Kromo inggil adalah bahasa formalnya. Ngoko Jawa adalah akar dari semua kosakata bahasa Jawa. Jumlah kosakata Ngoko berkisar hingga ratusan ribu kata, Kromo 850 kata, serta Kromo inggil hanya sekitar 250 kata. Hal ini disebabkan oleh krisis politik-budaya sejak abad ke-16 dan semakin kuat ketika penjajahan Belanda yang sekaligus memfosilkan kekuasaan Jawa dan menjadikan feodalisme hubungan antar anggota kerajaan dengan rakyatnya.
Di sinilah muncul hierarki bahasa Jawa yang berakar pada feodalisme. Dan itu dianggap berpihak pada penjajah pada waktu itu, karena dapat menghaluskan kekuatannya secara diam-diam di belakang raja. Inilah alasan mengapa bahasa Kromo memiliki kosakata yang sangat sedikit, disebabkan untuk mengontrol apa yang akan dikatakan. Itu juga karena dukungan terhadap sistem bangsawan.
Baca juga: Cara Cepat Kuasai Bahasa Inggris
Penggunaan Ngoko dan Krama Inggil
Tata cara penggunaan bahasa ibu kromo-ngoko Jawa mulai digunakan pada masa pemerintahan Sultan Agung. Dalam bahasa ngoko, masyarakat Jawa sering memakainya untuk komunikasi dengan teman sebaya yang kedudukannya sama.
Sedangkan bahasa Kromo dicitrakan sebagai wujud sopan santun dalam bertutur kata dan menunjukkan keanggunan atau kewibawaan dalam berbicara. Level ini digunakan dalam keadaan resmi, serta orang yang tidak dikenal.
Sejarah Kromo Jawa digunakan oleh para bangsawan untuk memperbesar kesenjangan antara kelas atas dan bawah, tetapi bagi kita sekarang harus digunakan untuk berbicara dengan orang tua, atas dasar sopan santun kita.
Baca juga: Jurusan Kuliah Arsitektur di Jawa
Dialek Bahasa Jawa
Ada tiga dialek utama bahasa Jawa yang kurang lebih saling dimengerti. Masing-masing terdiri dari sub-dialek. Perbedaan utama di antara dialek berkaitan dengan pengucapan, dan, pada tingkat lebih rendah, dengan kosa kata.
- Bahasa Jawa Barat dituturkan di sepanjang pantai utara Jawa Barat. Hal ini dipengaruhi oleh Sunda.
- Bahasa Jawa Tengah dianggap sebagai dialek prestise, dan menjadi dasar bahasa Jawa standar.
- Bahasa Jawa Timur dituturkan di sebagian besar provinsi Jawa Timur. Hal ini dipengaruhi oleh Madura.
Baca juga: Kuliah Jurusan Akuntansi Favorit di Jawa
Sistem Penulisan dalam Bahasa Jawa
Salah satu budaya yang menarik bagi sebagian orang adalah bahasa. Setiap provinsi di Jawa memiliki dialeknya masing-masing. Selain itu, orang Jawa memiliki cara tersendiri dalam menyapa orang dalam bahasa Jawa. Keunikan lain dari bahasa Jawa adalah pada alfabet. Abjad Jawa berbeda dengan abjad lainnya. Secara umum ada dua abjad yang sering digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Aksara Jawa
Aksara Jawa atau Aksara Jawa disebut hanacaraka atau carakan. Meskipun arah penulisannya sama yaitu dari kiri ke kanan dalam garis horizontal, namun alfabetnya memiliki bentuk yang berbeda. Proses penulisan aksara Jawa berbeda dengan proses penulisan pada umumnya. Pelajari juga tentang Daftar A-Z Kata Bahasa Indonesia
Ayo belajar abjad Jawa, Ada beberapa jenis aksara Jawa dan pasangan (sandhangan) di bawah ini yang wajib kamu tahu:
2. Abjad Pegon
Pegon adalah abjad Arab yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan Sunda, sebagai pengganti abjad Romawi atau aksara Jawa pra-kolonial dan aksara Sunda kuno. Secara khusus, itu digunakan untuk menulis dan puisi agama (Islam) dari abad kelima belas, khususnya dalam menulis arti sebuah kitab. Kata Pegon berasal dari bahasa Jawa pégo yang berarti ‘menyimpang’, karena praktik penulisan bahasa Jawa dengan aksara Arab yang dianggap tidak lazim oleh masyarakat Jawa.
Perbedaan utama antara Jawi dan Pegon adalah bahwa yang terakhir hampir selalu ditulis dengan tanda vokal. Hal ini karena bahasa Jawa mengandung lebih banyak variasi aksara swara (simbol vokal) daripada bahasa Melayu sehingga tanda-tanda vokal perlu ditulis untuk menghindari kebingungan fonetik. Abjad ini ketika ditulis tanpa tanda baca vokal biasanya disebut Gundhul. Pegon menyertakan simbol untuk suara yang tidak ada dalam bahasa Arab standar.
Berikut adalah abjad pegon yang perlu kamu tahu:
Berikut adalah pasangan abjad pegon yang perlu kamu tahu:
Kesimpulan
Suku Jawa merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia. Ini dikategorikan sebagai salah satu kelompok etnis besar di Indonesia. Suku Jawa memiliki budaya yang kaya, salah satunya adalah bahasa yang digunakan dalam sehari-hari. Demikian pembahasan seputar sejarah bahasa Jawa, tingkatannya (kromo), dialek, dan sistem penulisannya. Tidak perlu khawatir, karena dalam beberapa situs web sudah banyak translate bahasa jawa dengan beragam tingkatannya. Salam budaya!
Baca juga: Mau Jadi Pengusaha di Kampus Favorit Jawa? Ini Profil Universitasnya