Bernas.id – Indonesia telah memasuki era revolusi industri 4.0 di mana semua informasi beredar secara cepat berbasis internet dan Big data. Hal ini menyebabkan UMKM harus turut mengembangkan penjualan barang dan jasa mereka mengikuti era revolusi industri 4.0 terkini.
Meski sebagian UMKM masih tertatih-tatih melakukan aktivitas go digital atau baru mencoba dalam bidang pemasaran saja, setidaknya Indonesia sudah berani memasuki era teknologi internet.
Baca juga: Pemerintah Klaim 800 Milyar Rupiah Disalurkan untuk UMKM
Keadaan Indonesia Dalam Industri 4.0
Dari data Kementerian komunikasi dan Informatika terdapat 9,4 juta UMKM telah menggunakan atau memasarkan produknya memakai pasar e-commerce. Mereka mendapatkan manfaat penggunaan teknologi digital yang memiliki akses tanpa batas.
Namun perlu diketahui bahwa UMKM atau sektor usaha kecil menengah masih rendah, dalam menggunakan digitalisasi operasional usaha mereka. Padahal pemanfaat teknologi digital tentu menjadi sebuah kunci yang dapat memajukan sebuah usaha pengadaan barang dan jasa di era revolusi industri 4.0 ini.
Melansir dari data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada bulan Juni 2020, ternyata baru 13% UMKM yang menggunakan platform digital seperti marketplace dan media sosial, untuk mempromosikan serta menjual produk mereka.
Dari pernyataan Siti Alifah Dina, selaku peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) pada minggu 4 Oktober 2020, pemerintah Indonesia masih perlu mempercepat upaya digitalisasi pada pelaku UMKM, karena tingkat digitalisasi di Indonesia dinilai masih rendah. Tujuannya untuk membangkitkan pengusaha yang telah terdampak ekonomi karena pandemi Covid-19.
Pendapat tersebut menekankan mengenai perlunya pemahaman digital pada pelaku UMKM, agar mereka terbantu dalam usaha penyediaan barang dan jasa, serta dapat bertahan. Terlebih pelaku UMKM bisa bangkit dari keterpurukan daripada pandemi yang terjadi.
Apa Efek Transformasi Digital UMKM?
Perusahaan yang melakukan investasi di bidang digital, termasuk sudah menggunakan, mulai menggunakan, atau meningkatkan penggunaan internet, media sosial, aplikasi khusus, atau platform digital, mengalami pemulihan bisnis lebih cepat.
Baca juga: Anggaran Pemasaran UMKM: Berapa Biaya yang Mesti Dikeluarkan?
Beberapa faktor dapat menjelaskan mengapa bisnis UMKM online lebih tangguh, yaitu:
- Tempat operasi yang sebagian besar mengandalkan aplikasi/teknologi/internet
- Jumlah pekerja yang digunakan tidak banyak
- Jangkauan audiens dan konsumen yang bisa mencakup seluruh Indonesia
- Fenomena tersebut kemudian diikuti oleh munculnya pedagang-pedagang baru di e-commerce.
Para pelaku UMKM baru ini mengandalkan e-commerce sebagai sumber pendapatan tambahan selama pandemi. Faktor tuntutan kebutuhan selama pandemi Covid-19 merupakan alasan penting mengapa muncul pelaku UMKM baru.
Ada beberapa perbedaan antara pelaku UMKM baru yang langsung mengandalkan e-commerce dengan pelaku UMKM konvensional yang cenderung offlie. Pelaku UMKM baru ini didominasi pemuda usia 15-24 tahun yang punya aktivitas utama sebagai pelajar, mahasiswi, dan karyawan perempuan. Bagi UMKM pendatang baru dan UMKM yang sudah bergelut lama di e-commerce, platform jual-beli online ini jadi sumber pendapatan penting bagi kehidupan rumah tangganya.
Baca juga: Mengapa UMKM Perlu Tahu Target Pasarnya?
Keunggulan e-commerce sebagai platform jual beli adalah biayanya yang rendah di mata pedagang saat melakukan adaptasi prefrensi konsumen. Para pelaku UMKM di e-commerce ini bisa melakukan jual beli produk fashion di hari ini dan besok menjual produk kesehatan.
Sejumlah tantangan juga cukup sering dijumpai di UMKM Indonesia. Hanya saja, setiap UMKM selalu punya keunikan dan karakternya sendiri-sendiri. Untuk itu, pemilik UMKM perlu mengadaptasi inventarisasi masalah dan solusi di atas sesuai karakter bisnisnya. Agar setiap solusi yang dijalankan UMKM berujung pada pertumbuhan dan kesuksesan bisnis.