Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah tulang punggung perekonomian Indonesia karena memiliki sumbangan besar bagi penerimaan negara. Pandemi Covid-19 telah memukul UMKM dengan keras yang akhirnya memaksa mereka untuk berinovasi dan beradaptasi. UMKM yang dulu terbiasa dengan penjualan tatap muka, kini bereksperimen dengan metode digitalisasi untuk menjalankan bisnisnya.
Saat ini, lebih mudah menemukan sebuah UMKM melakukan transformasi digital, seperti memakai Google Spreadsheet untuk mengelola inventaris piutang. Atau pelaku UMKM bertemu dengan klien yang terpisah jarak ratusan kilometer dengan perangkat lunak Zoom. UMKM, seringnya secara mandiri, telah menunjukkan kemampuan adaptasi dan transformasi pada situasi.
Akan tetapi, di masa new normal ini, UMKM perlu mengambil pendekatan jangka panjang untuk transformasi digital. Kecenderungan yang terjadi di seluruh dunia menunjukkan kemampuan UMKM online masih rendah. UMKM menghadapi sejumlah masalah spesifik dalam hal digitalisasi bisnis mereka. Berikut ini pembahasan 5 masalah UMKM saat harus melakukan digitalisasi bisnisnya:
1. FOMO (Fear Of Missing Out)/Takut Ketinggalan Kereta
Pelaku UMKM saat ini berada dalam sebuah jaringan besar obrolan apakah sebaiknya melakukan digitalisasi atau tidak. Kondisi ini menciptakan tekanan sosial yang signifikan bagi UMKM untuk, mau tidak mau, melakukan digitalisasi. Padahal, walaupun dunia sedang berada di jalur go digital, UMKM tidak harus selalu melakukan digitalisasi.
Untuk menentukan apakah sebaiknya pelaku UMKM melakukan digitalisasi atau tidak, sebaiknya ajukan pertanyaan yang sangat spesifik, seperti:
A. Seberapa besar peluang produk atau layanan Anda dapat dikirimkan secara digital?
B. Seberapa digitalkah pelanggan Anda dalam mengkonsumsi atau membeli produk Anda melalui saluran digital?
C. Apakah pelanggan bersedia membayar untuk nilai tambahan yang dibawa digital?
Jika jawaban untuk beberapa atau semua pertanyaan di atas adalah 'tidak', maka ada baiknya menunda melakukan digitalisasi. Pasar digital memang menjanjikan, akan tetapi pasar offline tetap memiliki segmennya sendiri.
2. Go Digital Sama Dengan Investasi Besar
Para pelaku UMKM juga menghadapi desas-desus bahwa menjadi online maka sama dengan melakukan investasi besar. Kondisi tersebut menciptakan masalah di sisi yang pro dan yang kontra. Bagi pelaku UMKM yang kontra, umumnya takut dengan besarnya pekerjaan dan investasi, sehingga tidak pernah mencoba go digital. Sebaliknya, bagi pelaku UMKM yang pro, umumnya melakukan investasi besar-besaran dan justru gagal menuai keuntungan.
Baca juga: Menteri Teten: Sebenarnya Pandemi Covid-19 Momentum UMKM Go Digital
Padahal, transformasi digital adalah latihan eksperimental yang dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana. Dalam transfromasi digital, UMKM perlu mencoba beberapa hal kecil sebelum mantap mengadopsi strategi digital tertentu. Bereksperimenlah dengan beberapa ide digital, kumpulkan data, lalu temukan ide terbaik yang cocok dengan kondisi.
Transformasi digital UMKM perlu dilakukan dengan sejumlah pertimbangan tertentu. Sumber: unsplash
3. Mulai dari Mana?
Tidak tahu harus mulai dari mana adalah masalah umum yang dihadapi sebagian besar pelaku UMKM. Meskipun pemilik bisnis sepenuhnya yakin untuk online, tidak ada kerangka kerja khusus yang bisa dijadikan patokan saat memulai transformasi digital. Karena itu, transformasi digital UMKM hampir sama seperti seorang anak saat melewati fase pertumbuhan.
Artinya, strategi digital berkembang melalui tiga tahap kedewasaan yang khas: tahap pertama adalaah saat di mana perusahaan hanya merasakan digital sebagai peluang. Pelaku UMKM dapat mengambil langkah-langkah kecil, seperti, beriklan Facebook atau Instagram.
Tahap kedua adalah saat perusahaan sudah mulai melakukan aktivitas digital untuk menghubungkan sejumlah sektor yang berkepentingan, misalnya, melakukan otomitisasi sistem pemesanan bahan baku untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi pemborosan.
Tahap ketiga adalah di mana perusahaan dapat benar-benar menggunakan digital untuk menciptakan model bisnis baru atau produk/layanan baru. Contohnya, aktif menjalankan layanan berlangganan bagi konsumen atau aktif di platform e-commerce. Karena itu, UMKM harus memetakan sedang berada di tahap apa agar bisa memaksimalkan aktivitas/sumber daya khusus yang diperlukan.
4. Mulai Dari yang Kecil Tapi Berpikir Besar
Salah satu langkah sederhana dan baik untuk memulai go digital adalah:
A. Sekadar meningkatkan kehadiran digital saat ini. Misalnya, apakah perlu memiliki website atau media sosial? Seberapa bagus kontribusi situs web perusahaan atau media sosial? Apakah situs web atau media sosial cukup berguna untuk menghadirkan transaksi bisnis serta komunikasi dengan pelanggan?
B. Menilai berapa banyak uang dan sumber daya yang dikeluarkan untuk pemasaran dan periklanan. Kemudian, cobalah mengukur apakah mungkin meningkatkan anggaran iklan dan pemasaran dan seberapa baik menghasilkan ROI (return of investment).
Kedua cara tersebut akan memberikan efek cukup signifikan mengenai eksistensi bisnis di ranah digital. Dari langkah tersebut, pelaku UMKM bisa mengukur seberapa jauh harus aktif di dunia online, strategi digital macam apa yang harus digunakan, dan bagaimana efeknya ke penjualan.
Baca juga: Kompetensi SDM Digital Jadi Kunci Keberhasilan Transformasi Digital
Masuk ke bisnis online hampir sama seperti catur, harus menentukan strategi macam apa yang dilakukan. Sumber: unsplash
5. Siapa yang Akan Melakukan Digitalisasi?
Sebagian besar transformasi digital UMKM gagal bukan karena teknologi tetapi elemen manusia. Kesalahan terbesar yang dilakukan pemilik usaha adalah mengontrol prosesnya karena tidak ada ujung tombak yang bisa diandalkan. Ujung tombak ini nantinya jadi kunci krusial bagi usaha memasuki dunia digital.
Oleh karenanya, dalam transformasi digital perlu menunjuk 1-2 karyawan yang jadi ujung tombak transformasi digital. Beri mereka pelatihan dalam menggunakan dan menerapkan teknologi digital, libatkan mereka dalam pengambilan keputusan, serta beri mereka kesempatan membuat keputusan berdasarkan data dan umpan balik dari pelanggan.
Transformasi digital akan mudah dilakukan jika pelaku UMKM terbuka terhadap kemungkinan, mampu berpikir kecil dan bereksperimen, memiliki fokus pada data yang terkait dengan kinerja dan ROI, dan mampu memberdayakan karyawan untuk berinisiatif. Jika dilakukan dengan benar, faktor-faktor tersebut akan memberi kekuatan mendorong UMKM masuk ke dunia online.