BERNAS.ID – Gunung Semeru erupsi pada 4 Desember 2021 menyebabkan 50 orang meninggal dunia dan ratusan orang terluka. Sementara itu laporan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan 10.400 warga masih mengungsi.
Para warga tersebut mengungsi di 406 titik pengungsian, yang sebagian besar berada di wilayah Lumajang, Jawa Timur. Bantuan terus berdatangan untuk membantu mengurangi beban mereka.
Bantuan yang diperlukan oleh pengungsi tidak hanya papan, sandang, dan pangan, melainkan juga berupa kenyamanan dan ketenangan.
Inilah yang menjadi fokus oleh Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI), melalui perwakilannya di Jawa Timur. Selain menggalang dana dan memberikan bantuan berupa selimut, pakaian bayi, dan obat-obatan, mereka juga menerjunkan hipnoterapis.
Baca Juga: 2 Ribu Hunian Sementara Akan Disediakan untuk Pengungsi Erupsi Gunung Semeru
Ninuk Yulianti SE., CHt., CI, Sekretaris DPW PKHI Jawa Timur sekaligus Ketua Pelaksana DPW PKHI Jawa Timur Peduli Semeru, mengatakan setelah mengetahui Gunung Semeru mengalami erupsi, pihaknya segera membentuk donasi dan posko di Jawa Timur.
Di lokasi, dia melihat warga yang mengalami syok akibat bencana yang terjadi akibat sistem peringatan dini yang belum sampai ke masyarakat. Bahkan, ada lansia yang mengeluh tidak bisa jalan karena dia takut dan cemas.
“Syok itu pasti, kemarin karena sebagian yang benar-benar melihat secara langsung bagaimana gelombang lahar itu,” ucapnya kepada Bernas.id, Selasa (21/12/2021).
“Kecemasan itu bahkan membuat seorang ibu-ibu yang sudah lanjut usia mengeluh nggak bisa jalan. Dia takut dan cemas karena dia sekarang hanya punya satu ternak saja. Kasihan sekali nggak bisa jalan saking takutnya,” jelasnya.
Setelah erupsi terjadi, PKHI terjun langsung melakukan terapi kepada warga yang masih enggan meninggalkan rumah mereka. Dengan menggunakan pendekatan pre-talk, warga pun mau dibujuk untuk mengungsi.
Di balai pengungsian di Kecamatan Candipuro, Lumajang, PKHI juga melakukan hipnoterapi untuk anak-anak. Tak hanya para korban, petugas pemadam kebakaran yang turut membantu evakuasi juga diberikan hipnomotivasi.
“Mereka biasanya sebagai garda terdepan ini harus siap mental lahir dan batin, jadi kemarin kami membuat hipnomotivasi, namanya forgiveness therapy,” ucap Ninuk.
Forgiveness Therapy
Untuk menangani para korban erupsi Gunung Semeru yang masih mengungsi, ada berbagai metode yang diterapkan oleh PKHI. Ninuk mengatakan, ada warga yang dengan satu sentuhan sudah merasakan kesembuhan, sementara yang lain perlu dibujuk melalui kata-kata.
Penerapan forgiveness therapy juga cocok digunakan untuk membantu warga yang mengungsi untuk mengembalikan semangat hidup mereka. Hipnoterapi jenis ini akan mengingatkan kembali manusia sebagai makhluk milik Sang Pencipta.
“Jadi, kita dilahirkan untuk apa sih, kemudian sampai detik ini bisa menjadi seperti sekarang atas dukungan siapa, dan campur tangan siapa,” ujarnya.
Forgiveness therapy, menurut Ninuk, bisa membuat seseorang memaafkan diri sendiri dan tidak lagi memendam dendam masa lalu atau dendam masa kecil, seperti merasa disia-siakan oleh orangtua.
Baca Juga: Kodim Surabaya Utara Kirim Bantuan ke Pengungsi Semeru
“Atau kondisi dia seperti apa, dan perjuangan dia untuk meraih sampai saat ini. Kalau yang terjadi pada penduduk (perjuangan) sampai punya rumah, ladang, sapi, itu kan sudah pencapaian dan prestise,” jelasnya.
“Tapi kemudian hilang seolah-olah apa yang dibanggakan itu jadi ikut hilang,” imbuhnya.
Untuk rencana ke depan, PKHI akan melakukan sesi terapi di tempat pengungsian di Lumajang. Meski demikian, dia menuturkan sebagian warga yang mengungsi memilih untuk tinggal di rumah saudara mereka.
“Mungkin sampai besok ada dua sesi. Besok saya turun lagi di Lumajang,” ujar perempuan yang tinggal di Kediri ini.