BERNAS.ID – Siapa sih yang tidak ingin menjalani hidup bahagia dan penuh makna? Tentu tidak seorang pun yang ingin hidup nya hanya diselimuti oleh pikiran negatif. Ibarat gunung api yang bisa meletus kapan saja, begitu pula dengan emosi negatif.
Emosi negatif yang dibiarkan terpendam dalam diri manusia akan terus menumpuk dan meledak di suatu hari nanti, entah nantinya menyebabkan gangguan pada fisik atau mental. Bahkan, penumpukan emosi negatif dalam diri bisa membuat manusia sulit berkembang dan meraih tujuan hidupnya.
Resep Bahagia ala Pakar NLP
Menurut pakar Neuro Linguistic Programming (NLP), Issa Kumalasari, resep untuk hidup dengan bahagia dan tidak selalu selimuti oleh emosi negatif adalah dengan menyelaraskan tubuh, pikiran, dan perasaan. Untuk menyelaraskan tigal hal tersebut, kita bisa mempelajarinya dalam NLP.
“NLP adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara pikiran manusia bekerja. Misalnya, ketika kita mau melakukan sesuatu, nah, kita pahami dulu cara kita untuk meningkatkan fokus, lalu pahami gambaran dan suara, serta perasaan yang muncul di pikiran kita,” ucap Issa dalam sebuah sesi wawancara dengan Bernas.id.
Issa mengatakan NLP adalah ilmu yang berkaitan dengan bahasa dalam sistem syaraf dan penginderaan manusia. Dengan memahaminya, kita bisa tahu gambaran yang ada di pikiran dan panca indera kita.
“Jika kita sudah tahu gambaran apa yang ada di pikiran dan panca indera, kita juga lebih mudah menyelaraskan tubuh, pikiran, juga perasaan,” tambahnya.
Menurut Issa, pikiran manusia bisa di program dan reprogram. Jika ada hal yang tidak disukai atau menghambat perkembangan diri, kita bisa menghapusnya.
“Pikiran manusia itu ibarat laptop. Jika ada yang error, mungkin ada hal yang harus diinstal atau dihapus,” ungkapnya.
Baca juga: Pakar Neuro Semantics NLP dari METAMIND Bongkar Cara Temukan Kebahagiaan dalam Hidup
Pengalaman Coaching NLP Bersama Issa
Issa mengatakan ada banyak teknik yang bisa digunakan oleh seorang practitioner NLP, bisa menggunakan teknik visualisasi, auditori, kinestetik, dan masih banyak lainnya. Saat sesi wawancara, salah satu tim Bernas.id juga mendapatkan kesempatan untuk coaching NLP bersama Issa.
Saat sesi tersebut Issa mencoba menerapkan teknik kinestetik. Menurutnya, cara ini sangat cocok untuk orang yang memiliki pikiran sangat logis. Sesi coaching dilakukan dengan membiarkan tim Bernas.id mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang selama ini mengganjal dalam pemikirannya.
Saat mengikuti sesi, tim Bernas seolah diajak untuk mencari jawaban dalam diri sendiri tanpa harus menceritakan hal yang mengganjal dalam pikirannya. Trainer hanya mengarahkan saja bagaimana tim Bernas.id untuk mendapatkan jawaban atas semua hal yang mengganjal dalam hidupnya.
“Nah, kalau dalam bahasa, itu ada subjek, predikat, objek, dan keterangan, ketika mengalami trauma, pikiran itu menggeneralisasikan peristiwa itu. Padahal, peristiwa traumatis tersebut terjadi di masa lalu, itu yang hilang dalam pikiran kita. Lewat sesi tadi, saya hanya mengarahkan saja bagaimana untuk pikiran bisa memahami bahwa peristiwa traumatis itu terjadi di masa lalu, bukan di masa sekarang,” ucapnya.
Issa juga berkata, hampir setiap hari pikiran manusia disuguhi ribuan informasi setiap detiknya. Namun, hanya sedikit yang bisa diserap oleh otak manusia dan kita tidak bisa memilih informasi mana yang akan diserap oleh otak kita.
Karena itu, terkadang ada informasi keliru yang masuk ke pikiran dan bisa menghambat perkembangan diri. Informasi itulah yang perlu dihapus.
“Kita tidak bisa memilih informasi mana yang masuk ke pikiran kita, padahal ada informasi yang akan di delete, di distorsi, atau digeneralisasikan. Nah, sistem pikiran manusia tergantung dari semua proses tersebut,” ucap Issa.
Issa juga mengatakan, informasi yang dihapus, didistorsi, atau digeneralisasikan oleh pikiran juga tergantung oleh berbagai faktor, seperti nilai-nilai dalam diri, pengalaman masa lalu, lingkungan tempat tinggal, dan sejenisnya. Karena itu, kita tidak bisa memilihnya.
Dengan NLP, kita bisa mengubah pikiran dan menentukan informasi apa saja yang perlu dihapus atau ditambahkan ke dalam otak sehingga tidak emosi atau pikiran negatif yang menumpuk.
Namun, Issa mengatakan bahwa NLP tidak bisa digunakan untuk menggantikan medical treatment.
“NLP tidak bisa dipakai untuk menggantikan peran dokter, hanya bisa digunakan bersamaan dengan perawatan dokter untuk mempercepat penyembuhan. Jadi, kalau orang punya kondisi mental yang memerlukan obat tetap perlu memeriksakan diri ke dokter ahli,” ucap dia.
Baca juga: Mengenal Mohammad Hamli, Founder English Cafe yang Kini Melegenda
Membantu Diri Sendiri dan Sesama Manusia
Issa memilih menekuni ilmu NLP untuk membantu sesama manusia tanpa harus mengorek luka masa lalu yang dialaminya.
“Di NLP itu, kita juga bisa membantu seseorang mengatasi trauma tanpa harus tahu apa penyebabnya. Jadi, kita tidak perlu tahu mengorek-ngorek masa lalunya,” ungkapnya.
Issa juga berkata otak manusia bisa diprogram ulang karena bahasa manusia seringkali berbeda dengan pikirannya. Bisa jadi, apa yang kita katakan memperkecil atau memperbesar yang sebenarnya ada di kepala.
“Dengan bantuan NLP, kita bisa tahu bahwa bahasa kita hanya mewakili saja, bukan menggambarkan realita yang sebenarnya,” ucapnya.
Menurutnya, belajar NLP adalah cara untuk membantu diri sendiri dan orang lain. Sebab, seorang practitioner NLP tidak perlu menunggu klien untuk mempraktekkan ilmunya. Ia bahkan bisa mempraktekan ilmu NLP untuk dirinya sendiri.
“Dulu di tempat kerja yang lama, saya pernah diminta untuk menghadiri sebuah pelatihan NLP karena mungkin waktu itu saya kok terlihat tidak bahagia dan selalu diselimuti energi negatif di kasih kerjaan nggak happy, tempat saya tinggal nggak happy, bawaannya semua negatif. Nah, setelah ikut pelatihan itu kok saya jadi punya insight baru dan tertarik untuk mendalaminya,” ucap Issa.
Sejak mengikuti pelatihan NLP tersebut, Issa merasa semua orang harus mengetahui ilmu tersebut akan bisa menjadi manusia yang berdaya. Sejak saat itu, Issa mulai mempraktekkan ilmu NLP untuk diri sendiri dan orang-orang sekitarnya.
Dengan mendalami NLP, kata Issa, ia bisa membantu sesama manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu mencapai tujuan hidupnya. Karena itu, Issa pun memilih jalan menjadi seorang practitioner NLP dan mengikuti pelatihan master.
Gayung pun bersambut. Takdir ternyata berpihak kepada Issa. Setelah dua dekade mendalami ilmu NLP, Issa pun berhasil membantu ribuan orang agar bisa mencapai tujuan hidup dan menemukan makna kebahagiaan lewat NLP.
“Sebenarnya, manusia itu tahu apa yang harus dilakukan cuma karena ada pikiran-pikiran keliru yang masuk lalu terdistorsi dan digeneralisasi itulah yang menghambat langkah manusia untuk maju,” ucap dia.
Dengan NLP, Issa juga telah berkeliling Indonesia guna membantu sesama manusia untuk melepas emosi negatifnya. Untuk membantu sesama manusia lewat NLP, Issa mendirikan Starfield Institute (lembaga pelatihan NLP) dan Platinum Coaching.
“Saya mendirikan Starfield Institute sejak 2002 dan Platinum Coaching sejak 2007. Yah, tujuan awalnya karena saya bisa mempraktekkan NLP ke diri saya sendiri, terus kenapa kok nggak saya lanjutin bantu orang lain,” ungkapnya.
Menurut Issa, seorang praktisi NLP dilengkapi oleh berbagai keterampilan yang bisa digunakan untuk membantu orang lain sehingga banyak orang yang akan terbantu untuk melepas emosi negatif dalam diri.
“Ketika kita menjadi praktisi NLP, kita sudah dilengkapi berbagai keterampilan yang bisa dipraktekkan ke orang lain. Jadi, ilmu NLP tidak berhenti di satu orang saja,” ungkapnya.
Issa tak hanya mempraktikkan NLP di Indonesia saja, tapi juga ke luar negeri. Karena itu, ia terus berinovasi agar lembaga coaching NLP yang didirikannya terus berkembang sehingga bisa membantu sesama.