Salah satu menu favorit yang dihidangkan kala Lebaran adalah opor ayam. Di berbagai daerah di Indonesia, sajian opor ayam seolah-olah makanan wajib menyambut Hari Raya Idulfitri.
Dilihat dari sejarahnya, opor ayam memiliki riwayat kuliner panjang, ia merupakan makanan yang terpengaruh budaya dari tiga negara, yaitu India, Arab, dan Cina.
Di Indonesia sendiri, opor tidak lantas menggunakan ayam. Pada mulanya, opor di Jawa menggunakan bebek dan daging sapi. Bumbunya menggunakan kunyit yang bertujuan untuk menyerap bau amis dari bebek atau sapi tersebut.
Baca juga: 5 Inspirasi Bisnis Kuliner Yang Laku Sepanjang Masa Dan Tak Perlu Banyak Modal
Kemudian, pada perkembangannya, daging ayam pun diolah menjadi opor. Bumbu yang digunakan pun tidak harus kunyit. Kuahnya bisa memakai santan. Jikapun ditambahkan kunyit, tujuannya untuk memberi warna sehingga menerbitkan selera makan.
Akulturasi Kuliner India, Arab, dan Cina
Opor ayam, modifikasi dari kari dan gulai (foto: Wikimedia)
Di Indonesia, ada dua jenis opor ayam, yaitu yang berkuah santan putih kecoklatan dan yang berkuah kuning kunyit.
Opor ayam berkuah santan putih ini amat populer di masyarakat peranakan Tionghoa di Indonesia. Padahal, teknik memasak opor dengan santan itu ditiru dari Kerajaan Mughal di India.
Akan tetapi, di India sendiri, campuran masakan daging adalah yoghurt atau susu. Sementara itu, keduanya merupakan sajian mewah di Indonesia sehingga bumbunya diganti dengan santan yang mudah ditemui di lingkungan sekitar.
Sementara itu, opor ayam yang berkuah kuning dipengaruhi dari rempah kunyit yang lazimnya menjadi bumbu kuliner India. Selain kunyit, bumbu jintan yang menjadi campuran opor juga berasal dari India.
Pada saat bersamaan, opor juga merupakan gabungan dari masakan kari India dan gulai dari Arab. Modifikasi dari kari dan gulai itulah yang menjadi opor. Berkat kreativitas modifikasi kuliner inilah, opor ayam menjadi identitas masakan khas Indonesia.
Sejarah Lontong dan Ketupat, Dimakan Bersama Opor
Sejarah Lontong dan Ketupat, Dimakan Bersama Opor (foto: Thinkstock)
Secara umum, opor ayam disantap bersama dengan lontong atau ketupat dari beras. Kedua makanan itu pun memiliki sejarah kulinernya masing-masing.
Bentuk lontong yang bulat dan lonjong itu berasal dari Cina yang diadaptasi dari tradisi Cap Go Meh. Ketika lontong dipotong-potong untuk dicampur dengan opor ayam, maka bentuknya bulat-bulat seperti bulan. Hal itu merupakan simbol kekaguman masyarakat Cina pada bulan purnama yang bundar dan indah.
Baca juga: Berikut Kuliner Lezat Khas Bengkulu, Dari Tempoyak Ikan Patin Hingga Rebung Asam
Sementara itu, makanan ketupat diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga di abad ke-15. Asal katanya dari bahasa Jawa, “ngaku lepat” yang artinya mengakui kesalahan. Filosofinya, orang yang memakan ketupat pada lebaran beriringan dengan laku permintaan maaf di Hari Raya Idulfitri.
Perwujudan filosofi ketupat ini dilakukan dengan tradisi sungkeman, bersimpuh di hadapan orang tua, sebagai implementasi dari makna ngaku lepat dari kesalahan-kesalahan di masa lampau.