YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Perhelatan besar pameran seni kriya UNDAGI 2025 untuk ketiga kalinya digelar di Yogyakarta. Pameran yang diselenggarakan oleh ASKRINA (Asosiasi Kriyawan Republik Indonesia) ini akan dilaksanakan paaa 18-28 Januari 2025, di Gallery R.J. Katamsi ISI Yogyakarta.
Ketua UNDAGI 2025 Nurrohmad menjelaskan untuk opening ceremony akan dilaksanakan Sabtu, (18/1) Pukul 15.00 WIB di Gallery RJ. Katamsi ISI Yogyakarta.
Menurutnya, seni kriya tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari, baik secara fungsional maupun fungsi estetika ruang. Karena pada dasarnya manusia sangat menyukai keindahan dan kreativitas. Hal inilah yang menyebabkan para seniman tertantang untuk menciptakan karya seni kriya untuk memenuhi kebutuhan estetika.
“Karena seni kriya menjadi media para seniman untuk menyampaikan pesan moral dan keindahan dalam ruang hidup kita. Lebih dari itu, seni kriya telah menjadi penanda jaman dan peradaban,” ucapnya.
Baca Juga : MetaHomes Merayakan Seni dan Inovasi dengan Seniman Lukisan Cahaya Terkemuka, Roy Wang
Sebelumnya, UNDAGI juga telah menyelenggarakannya, pertama (2016) dan kedua (2018). Adapun untuk pameran UNDAGI 2025 ini menampilkan 135 karya kriyawan dari seluruh Indonesia (Medan, Padang, Bengkulu, Jambi, Pekalongan, Jepara, Surakarta, Yogyakarta,Surabaya, Madiun, Kediri, Malang, Bali, Kalimantan) dengan 3 jenis karya; yaitu Kriya Heritage, Kriya Populer dan Kriya Alternatif.
“Dari tampilan jenis-jenis karya tersebut diharapkan penikmat seni kriya akan mendapatkan gambaran yang komprehensif terhadap perkembangan seni kriya di Indonesia,” tutur Nurrohmad.
Pameran UNDAGI yang ke-3 ini mengambil tema “Cakra Manggilingan.” Sebuah filosofi leluhur dalam mensikapi fluktuasinya kehidupan. Memahami bahwa kehidupan manusia tidak lepas dari perjalanan waktu yang mengikuti alur perubahan-perkembangan yang berdampak pada kualitas hidup manusia.
“Falsafah leluhur kita ini memberikan arti pentingnya waktu kepada manusia karena waktu tidak berhenti di tempat tetapi terus berputar. Siklus waktu kehidupan mendidik manusia untuk tanggap ing sasmito (peka terhadap tanda-tanda/simbol) agar menjadi bijaksana menyikapi tanda-tanda zaman,” terang Nurrohmad.
Beberapa tujuan diselenggarakannya pameran UNDAGI 2025. Pertama, menggali dan menyampaikan makna filosofis Cakra Manggilingan. Kedua, menginspirasi dan mengedukasi. Ketiga, mempromosikan keunikan seni kriya Indonesia.
Pameran yang dikurasi oleh Agus Sriyono dan Arief Suharson ini telah melalui proses kurasi lebih kurang 3 bulan. Dengan mencermati karya sebagai ekspresi para kriyawan dan di-syncronize dengan tema yang dibangun (Cakra Manggilingan).
Kurator tidak hanya mencermati karya secara kasat mata, namun mendatangi dan berdialog dengan para kriyawan, tentang karyanya, proses kreatifnya, bahkan tentang kehidupan kriyawan. Beberapa kota kriyawan yang dikunjungi adalah: Pekalongan, Jepara, Surakarta, Yogyakarta. Meski tidak semua kriyawan didatangi, namun kurator mengharapkan gambaran yang cukup tentang karya dan kriyawannya.
Baca Juga : Seniman dan Budayawan Jogja Melawan Ade Armando dengan Larungan
Agus Sriyono selalu Kurator menyampaikan beberapa sasaran menjadi target pameran UNDAGI 2025. Antara lain pengusaha dan pecinta seni kriya, Akademisi (Dosen & mahasiswa/siswa) sebagai bahan pembelajaran, instansi pemerintah sebagai referensi program, dan masyarakat Umum.
“Secara umum diharapkan Pameran UNDAGI 2025 dapat bermanfaat untuk semua kalangan,” tuturnya.
Kurator lainnya, Arif Suharson mengatakan untuk menyemarakkan “Lebaran Kriya” dalam perhelatan UNDAGI 2025 ini akan dilaksanakan beberapa kegiatan. Antara lain artist talk sebagai ruang berbagi (sharing session) para kriyawan kepada para pengunjung. Kemudian, workshop sebagai pelatihan dan skill upgrading untuk para mahasiswa dan masyarakat umum. Lalu ada fashion show untuk menampilkan karya-karya mahasiswa kriya, dan Kenduri ASKRINA sebagai ruang berbagi, nostalgia dan ramah tamah bagi para kriyawan.
Mereka menaruh harapan melalui pameran UNDAGI 2025 ini para kriyawan Indonesia terus mampu memberikan kontribusi bagi pemberdayaan pembangunan yang terintegrasi dan saling menguntungkan. Baik itu dalam kreativitas pendidikan, penciptaan, apresiasi, dan edukasi kriya.
“Disamping itu kriyawan diharapkan mampu mewarnai kemajuan ilmu seni rupa di Indonesia, dan memberikan inspirasi bagi pertumbuhan dan perkembangan kriya di masa mendatang,” tandas Nurrohmad. (Age)