JAKARTA, BERNAS.ID – Anggota DPR Bambang Soesatyo mendukung langkah Presiden terpilih Prabowo Subianto, melanjutkan program hilirisasi industri dan sumber daya alam. Ia menyatakan, strategi hilirisasi industri yang dilakukan Presiden Jokowi telah terbukti memberikan hasil sangat positif.
Salah satu buktinya, terjadi peningkatan nilai investasi di sektor industri pengolahan non migas yang sangat pesat dalam satu dekade terakhir
Pasalnya, program hilirisasi, kekayaan sumber daya alam Indonesia yang berlimpah harus diurus dan diolah sebaik-baiknya di Indonesia. Sumber daya alam harus bisa dikelola di dalam negeri, sehingga menghasilkan produk yang memiliki nilai jual tinggi dan menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi.
“Hilirisasi adalah ikhtiar mewujudkan perekonomian nasional yang efisien dan berkeadilan sebagaimana diamanatkan pasal 33 UUD 1945,” ujar Bamsoet, di Jakarta, Senin (14/10/2024).
Baca Juga : Inovasi Pengeringan Cabai Perkuat Hilirisasi
Menurutnya, diperlukan perubahan mindset pembangunan di kalangan pemerintah, pelaku bisnis, maupun masyarakat, agar terjadi kolaborasi multi pihak untuk menata ulang pembangunan ekonomi yang dapat menghasilkan pertumbuhan berkualitas serta berkelanjutan.
Salah satunya dengan menerapkan model ekonomi sirkular. Model ini mengupayakan efisiensi sumber daya. serta upaya pemanfaatan kembali residu yang dihasilkan dari industri untuk diolah kembali dan memberikan nilai tambah yang lebih besar serta berulang.
Bamsoet melanjutkan, model ekonomi sirkular ini dapat baik berjalan ketika kualitas industri nasional sudah mampu secara seksama melakukan pemprosesan material sumber daya dari hulu ke hilir.
Baca Juga : Jokowi Unjuk Gigi, dari Pembangunan Tol hingga Hilirisasi
“Sebagaimana yang digagas pemerintahan Presiden Jokowi tentang hilirisasi mineral, emas, bauksit, nikel, tembaga ataupun bijih besi,” ujar Bamsoet.
Diketahui, Indonesia tercatat sebagai salah satu pemilik sumber daya alam terbesar dunia, seperti nikel, batubara, emas, tembaga, dan gas alam. Tercatat, sepanjang 2023, realisasi produksi bijih nikel RI hampir mencapai 200 juta ton. Sementara, nilai ekspor nikel hasil dari program hilirisasi mencapai Rp 500 triliun.
“Nilai investasi sektor industri pengolahan non migas pada 2014 senilai Rp 186,79 triliun, naik pesat menjadi Rp 565,25 triliun di tahun 2023,” pungkas Bamsoet. (FIE)