SLEMAN, BERNAS.ID – Candi Prambanan akan menjadi pusat Festival Penguatan Moderasi Beragama Berbasis Seni Keagamaan Tahun 2022 dari tanggal 1-5 Desember 2022. Ada total 521 kontingen dari 34 provinsi yang akan hadir dalam festival penguatan moderasi tersebut.
Festival Penguatan Moderasi Beragama Berbasis Seni Keagamaan memiliki keragaman dalam bahasa, irama lagu, ataupun cara-cara melakukannya. Ada 3 kategori peserta, yaitu penari dan pemusik, official dan penata rias.
Baca Juga Bupati Gunungkidul Resmikan Kantor Klasis Gereja Kristen Jawa
Direktorat Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Binmas) Hindu, Prof I Nengah Duija menyampaikan, festival penguatan moderasi beragama merupakan wujud nyata bahwa moderasi beragama bukan hanya sebuah narasi, tapi menjadi praksis dalam kehidupan sehari-hari yang berasaskan toleransi.
“Karena hanya melalui seni kebudayaan, kita bisa menghilangkan pergesekan dalam agama, politik dan lainnya untuk bersatu menikmati keindahan seni,” tuturnya, Jumat (25/11).
Lanjut tambahnya, moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara melaksanakan esensi ajaran agama-yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun faedah umum berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.
“Penguatan moderasi beragama adalah menghadirkan negara sebagai rumah bersama yang adil dan ramah bagi bangsa Indonesia untuk menjalani kehidupan beragama yang rukun, damai, dan makmur. Moderasi beragama sesungguhnya merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global,” tutur Nengah.
Baca Juga Bappebti Imbau Masyarakat Waspadai Perdagangan Aset Kripto
Ia mengatakan salah satu hal yang dapat dilakukan guna membumikan dan memperkuat moderasi beragama melalui seni. Seni merupakan bahasa universal yang bisa digunakan lintas agama, lintas budaya, dan lintas etnis.
“Selain menampilkan keindahan, Seni juga mampu menjadi media penyampaian pesan kebaikan, kerukunan dan kedamaian yang dapat diterima oleh semua kalangan yang berbeda suku, bahasa, adat istiadat, budaya dan agama,” ujarnya.
Menurutnya, seni dan budaya keagamaan Hindu sebagai budaya luhur yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara patut dilestarikan, dibina dan dikembangkan lebih luas lagi. Tidak hanya dikembangkan di kalangan generasi tua maupun tokoh-tokoh agama Hindu atau kalangan seniman saja, melainkan juga di kalangan generasi muda, remaja dan anak-anak.
“Hal ini dilakukan agar seni dan budaya Agama Hindu selalu berkembang, inovatif dan menjadi bagian terpenting dalam kehidupan beragama.Seni dan budaya keagamaan Hindu merupakan aspek penting dalam kehidupan masyarakat Hindu,” kata Prof Nengah.
Prof Nengah mengatakan tujuan festival untuk mendukung program prioritas Kementerian Agama tentang penguatan moderasi beragama. Selain itu, memperkuat nilai-nilai dan sikap moderat umat Hindu.
“Festival ini menjadi salah satu program pembinaan umat dalam rangka untuk menciptakan kerukunan intern umat Hindu, serta kerukunan antarumat beragama sehingga mampu memperkuat penerimaan terhadap tradisi dan budaya lokal dalam perilaku keagamaan, sejauh tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama,” tukasnya. (jat)