BANTUL, BERNAS.ID – Di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, terdapat KUPAS (Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah), sebuah badan usaha milik desa yang bergerak mengelola sampah secara mandiri sejak 2013. Dengan ini, desa tersebut tidak lagi menyetor sampah ke TPST Piyungan.
Kepala Desa Panggungharjo, Wahyudi menjelaskan, KUPAS menyediakan sistem layanan pengolahan sampah secara paripurna. Ini dilakukan dengan menyelesaikan masalah sampah dari sisi hulu, hingga sisi hilir.
“Di sisi hulu, rumah tangga, pertumbuhan sampahnya eksponensial, karena penambahan polulasi dan pola konsumsi. Sementara di sisi hilir, ketersediaan lahan TPST semakin sempit,” jelas dia, Selasa (28/6/2022).
Karena itu, di sisi hulu, pihaknya melakukan perbaikan perilaku rumah tangga. Pihaknya kini menetapkan retribusi berdasar kilogram sampah yang dihasilkan, yakni Rp 750 per kilo. Sehingga kalau warga tidak memilah sampah, jatuhnya akan lumayan mahal.
“Kalau tidak mau mahal, pilah sampah. Tujuannya perbaikan perilaku rumah tangga,” jelas dia.
Baca juga: Pembebasan Lahan TPST Piyungan Ditargetkan Selesai Tahun Ini
Di sisi hilir, pihaknya menyiapkan pengelolaan sampah, untuk menghasilkan 4 jenis komoditas. Yang pertama adalah rosok yang lalu disuplai ke industri daur ulang. Jumlahnya 10-15 persen dari total sampah yang terkumpul, yang jumlahnya sekitar 4,5 ton per hari.
Yang kedua adalah bubur organik, jumlahnya sekitar 60 persen dari total sampah. Ini dapat menjadi makanan maggot atau belatung. Yang ketiga adalah termoplastik, barang material yang bakal memuai karena adanya panas. Ini akan disuplai ke pabrik /industri komposit. Jumlahnya 10-12 persen dari total sampah.
“Sisanya, residu seperti kayu atau kain bekas akan dijadikan abu untuk kebutuhan lain,” jelasnya.
Pihaknya berharap KUPAS bisa lebih optimal menjadi salah satu penunjang bagi dunia industri. Pemda DIY dimintanya lebih mampu menciptakan ekosistem rantai pasok ke dunia industri.
“Kalau ada penyusunan perda harus untuk mendukung ekosistem ini,” harap dia.
Ia menambahkan, sejak 2017 pihaknya menganggarkan Rp. 100 juta tiap tahun untuk pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah, termasuk untuk pengembangan bank sampah. Di Desa Panggungharjo sendiri saat ini ada 68 bank sampah.
“Ini desa dengan jumlah bank sampah terbanyak sedunia,” kata dia.
Baca juga: Ada Ratusan Bank Sampah, Tapi Sampah Yang Berkurang Cuma Sangat Sedikit
Wakil Ketua Komisi C DPRD DIY Lilik Syaiful Ahmad menjelaskan, pihaknya terus mendorong berbagai pihak melakukan kajian terkait pengelolaan sampah, karena adanya masalah krusial terkait sampah di DIY saat ini. Karena itu, ia sangat mengapresiasi skema pengelolaan sampah di Desa Panggungharjo, yang menurutnya harus ditiru desa atau kalurahan lain.
“Kalau wilayah lain bisa melakukan inovasi seperti di sini, tentunya menarik,” kata Lilik. (den)