BERNAS.ID – Usia Bumi sudah tidak muda lagi dan perubahan iklim sudah terasa. Sementara manusia dari hari ke hari terus merusak lingkungan seakan tak sadar kalau perubahan iklim bisa mengganggu kesehatan mental.
Perayaan Hari Bumi pada 22 April mengingatkan kita untuk semakin peduli menyelamatkan planet tercinta ini. Pasalnya, perubahan iklim akibat peningkatan suhu mempengaruhi kesehatan mental manusia.
Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada 2022 menyebutkan, 3,3-3,6 miliar orang hidup dengan kondisi sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Baca Juga: Bagaimana Mengatasi Trauma Korban Bencana Alam Melalui Hipnoterapi?
“Perubahan iklim telah mempengaruhi kesehatan fisik manusia secara global dan kesehatan masyarakat di wilayah yang dievaluasi,” tulis laporan tersebut.
Sebagai informasi, IPCC adalah panel ilmiah dari para ilmuwan di seluruh dunia. Dalam laporan tersebut, pola cuaca yang berubah telah mengakibatkan insiden panas ekstrem di semua wilayah.
Selain itu, penyakit menular melalui makanan dan air yang berhubungan dengan iklim juga meningkat. Penyakit hewan dan manusia, termasuk zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia dan sebaliknya, juga muncul di area baru.
Meski penyakit diare sudah menurun secara global, bencana banjir telah meningkatkan jumlah penderita diare, termasuk kolera dan infeksi gastrointestinal.
Peningkatan suhu Bumi juga mempengaruhi kesehatan mental, di mana individu mengalami trauma akibat cuaca dan iklim ekstrem. Tak hanya itu, sebagian orang juga kehilangan mata pencaharian akibat perubahan iklim.
“Tantangan kesehatan mental termasuk kecemasan dan stres,” lanjut laporan tersebut.
Masalah ini mencakup anak-anak, remaja, lansia, dan mereka dengan kondisi penyakit tertentu. Di sisi lain, pelayanan kesehatan kerap terganggu oleh bencana, seperti banjir.
Menanggapi hal tersebut, dosen lingkungan dari University College London Gesche Huebner mengatakan baru kali ini laporan perubahan iklim menyertakan dampaknya bagi psikologis.
Baca Juga: Terapi Hutan, Cara Relaksasi Ala Orang Jepang Yang Punya Banyak Manfaat
“Ini merupakan langkah besar di mana kita melihat kesehatan mental disebutkan untuk pertama kalinya di laporan perubahan iklim paling berpengaruh,” ucapnya kepada Climate Home News.
“Perubahan iklim adalah ancaman terbesar bagi kesehatan mental di dekade-dekade mendatang,” imbuhnya.
Korban Bencana Alam
Mengutip Healthline, 25-50% orang yang terkena bencana akibat cuaca ekstrem berisiko mengalami gangguan pada kesehatan mental mereka. Bahkan 54% orang dewasa dan 45% anak-anak korban bencana alam mengalami depresi.
Badai Katrina yang melanda wilayah tenggara AS pada 2005 membuat 49% korban selamat mengalami gangguan kecemasan. Sementara 1 dari 6 korban tersebut mengalami gangguan stres pasca-trauma atau PTSD.
Berikut dampak bencana alam terhadap korban selama menurut psikolog:
- insomnia
- sifat lekas marah
- depresi
Meski reaksi tersebut dapat perlahan menghilang dan sembuh seiring waktu, namun tidak semua bisa seperti itu. Apalagi jika korban bencana alam tidak memperoleh bantuan untuk mengatasi trauma.
Baca Juga: Seluk Beluk Pembuatan Garam Dan Nasib Petaninya di Tengah Perubahan Iklim
Menurut American Psychiatric Association (APA), tak hanya terhadap korban bencana, bahkan bencana alam juga mempengaruhi kesehatan mental tim pencarian dan penyelamatan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Pihak terkait harus melibatkan tenaga profesional untuk memperkuat perawatan dan dukungan kesehatan mental bagi korban bencana alam.