BERNAS.ID – Pada 19 Desember 2020 pukul 19.04 di sebuah restoran bernama 1880 di Singapura, seorang anak laki-laki berusia 11 tahun duduk di depan meja makan. Dia bersiap untuk makan malam dan momen tersebut akan mengubah dunia selamanya.
Ya, anak itu bernama Videep. Dia dan temannya Jack dan Kiah, serta gurunya dari United World College of South East Asia makan malam bersama. Namun, ada yang spesial.
Untuk pertama kalinya sepanjang 300.000 tahun, mereka makan daging tanpa harus menyembelih hewan. Daging ayam yang disajikan bersama waffle itu berasal dari sebuah laboratorium. Lalu, apa kata Videep ketika mengonsumsi daging ayam yang mengubah sejarah manusia?
“Ini terasa menyenangkan untuk makan daging ayam tanpa merasa bersalah,” katanya.
Begitulah momen bersejarah dalam dunia kuliner yang tertulis dalam situs GOOD Meat, sebuah brand baru yang diluncurkan Eat Just, Inc, perusahaan makanan yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.
Baca Juga: Peduli Kesejahteraan Hewan, Tiga Bisnis Kuliner Terkemuka di Jogja Pakai Telur Bebas Kandang Baterai
GOOD Meat merupakan daging yang dibudidayakan di laboratorium tanpa menyembelih hewan, melainkan melalui sebuah proses yang berkelanjutan dan aman dari satu sel hewan.
Satu tahun setelah anak-anak dan guru tersebut menghabiskan makan malam mereka, pemerintah Singapore Food Agency (SFA) memberikan lampu hijau. Otoritas itu telah mengeluarkan izin peraturan penjualan jenis ayam budidaya laboratorium itu.
Mengutip dari The Spoon, langkah SFA tersebut dinilai sebagai dorongan pemerintah Singapura terhadap konsumsi protein alternatif dan daging budidaya.
Upaya itu terkait kebijakan kedaulatan pangan “30 By 30”, di mana negara kecil itu berupaya meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya untuk menghasilkan 30% dari pasokan makanannya pada 2030.
Di samping itu, produksi daging dari sel diklaim dapat menghasilkan emisi karbon 92% lebih sedikit dan menggunakan 95% lebih sedikit lahan. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana daging bisa diproduksi tanpa harus menyembelih hewan?
Proses Menghasilkan Daging
Masih mengutip dari situs resmi GOOD Meat, terdapat 4 tahapan untuk menghasilkan daging laboratorium. Berikut selengkapnya:
1. Sumber
Para peneliti memulainya dari sel-sel terbaik yang diambil dari ayam dan sapi terbaik pula. Mereka mengekstrak sel dari sebuah telur atau hewan hidup tanpa menimbulkan rasa sakit.
Memilih
Setelah itu, sel-sel diuji dan dipilih yang akan cenderung menghasilkan daging paling sehat, paling enak, dan paling berkelanjutan.
Bank Sel
Sel-sel itu “diabadikan”, yang berarti dapat terus membelah dan diproduksi berkelanjutan untuk menghasilkan daging lagi.
2. Pemberian pakan
Ini nampak seperti memberi pakan pada ternak. Ya, sama seperti hewan hidup, sel hidup pun memerlukan nutrisi yang dibutuhkan oleh ayam atau sapi sehingga dapat tumbuh.
Kultivasi
Proses ini berlangsung dalam sebuah bioreaktor atau “cultivator”, sebuah wadah yang mirip dengan tangki fermentasi bir. Wadah tersebut memberikan energi dan kehangatan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel.
Media Pertumbuhan
Di dalam bioreaktor itu, sel-sel direndam dalam “media pertumbuhan”, nutrisi yang mirip dikonsumsi oleh hewan ternak, terdiri dari asam amino, lemak, dan vitamin. Bedanya, tidak ada hewan yang dikurung, tidak ada pemberian antibiotik, hormon pertumbuhan, atau transgenik.
Pembelahan
Sel-sel itu kemudian bertumbuh dan membelah secara natural di dalam cultivator.
3. Memanen
Setelah empat hingga enam pekan, sel-sel tersebut dapat diambil dari cultivator. Tidak ada tulang dan bulu yang terbuang. Daging yang dihasilkan pun bersih, aman, dan benar-benar daging. Tidak ada penyembelihan yang dilakukan sehingga tidak berisiko terkontaminasi kotoran atau patogen seperti bakteri E. coli.
4. Penyajian
Setelah mengambil sel dari cultivator, daging dibuat menjadi produk akhir melalui proses seperti pencetakan 3D untuk membentuk sel seperti daging pada umumnya. Produk daging yang dihasilkan ditinjau keamanannya dan mengikuti peraturan yang ketat.
Tekanan
Sel dimasak dengan suhu dan tekanan tertentu untuk menciptakan tekstur yang lebih berserat dan berdaging.
Mencetak
Teknik terakhir dalam memproduksi daging adalah membentuknya sehingga siap untuk disajikan menjadi makanan.
Keuntungan Daging Lab
Kehadiran daging produksi laboratorium tak hanya menjadi tonggak sejarah dalam dunia kuliner, namun juga berdampak baik bagi Bumi. Mengutip dari earth.org, sebanyak 11,8%-14,5% dari seluruh gas rumah kaca global dihasilkan oleh sektor pertanian.
Metana (CH4) dan dinitrogen (N2O) merupakan mayoritas emisi gas rumah kaca yang berasal dari peternakan dan pertanian, yang lebih berbahaya ketimbang karbon dioksida (CO2). Kedua senyawa kimia itu dapat menyerap radiasi matahari dan mampu menipiskan lapisan ozon.
Baca Juga: Masyarakat Diajak Siap Hadapi Perubahan Iklim Dengan Cara Ini
Daging budidaya ini hanya menghasilkan emisi gas rumah kaca hingga 96% lebih sedikit ketimbang budidaya hewan ternak. Selain itu, daging budidaya juga akan menghemat air dalam jumlah yang banyak.
Laporan dari World Resources Institute (WRI) menemukan seperempat dari populasi dunia di 17 negara mengalami krisis air akibat iklim dan kontaminasi air. Pada Maret 2020, PBB menyebutkan infrastruktur air yang buruk menempatkan negara-negara pada risiko kesehatan yang lebih buruk ketimbang pandemi Covid-19.
Sementara, untuk menghasilkan 113 gram daging sapi giling butuh 5.900 liter air. Belum lagi, peternakan tradisional juga mencemari saluran air, di mana air bisa mencapai lautan dan merusak ekosistem laut.
Melansir Medium, konsumsi daging yang berasal dari laboratorium ini juga bisa meningkatkan kesehatan manusia. Seperti yang terlihat dari proses produksi daging budidaya ini, tidak ada antibiotik yang digunakan.
Sementara, resistensi antibiotik menjadi salah satu tantangan utama pada era ini. Daging yang dihasilkan di laboratorium tidak akan berkontribusi terhadap resistensi antibiotik.
Seperti diketahui, hewan ternak diberi makan antibiotik dalam jumlah besar sebagai tindakan cepat untuk mencegah penyakit. Ketika manusia memakan daging hewan ternak tersebut memungkinkan kuman mengembangkan resistensi terhadap antibiotik. Di Amerika Serikat saja, lebih dari 35.000 orang meninggal setiap tahun karena resistensi antibiotik.
Selain aman untuk manusia, harga jual daging budidaya lab ini juga diklaim lebih murah. Para pakar industri meyakini bakal terjadi keseimbangan harga atau bahkan menurunkan harga daging yang diproduksi secara konvensional.
Mengutip dari Green Queen, laboratorium teknologi makanan yang berbasis di California, Amerika Serikat, menargetkan daging produksinya dapat menurunkan biaya satu daging giling untuk burger menjadi 5 dollar AS dalam beberapa tahun ke depan.
Future Meat Technologies di Israel juga yakin dapat mengurangi harga daging giling menjadi 2,3 dollar AS hingga 4,5 dollar AS. Nantinya, setelah harga tersebut dapat dijangkau dan mencapai keseimbangan dengan daging ternak, maka bisa menghasilkan protein hewani yang bebas dari penyembelihan.
Makanan Masa Depan
Kehadiran daging buatan lab ini diyakini dapat menjadi makanan masa depan yang tinggal menunggu waktu. Mengutip The Guardian, konsultan global AT Kearney memperkirakan sebagian besar daging yang beredar pada 2040 tidak akan berasal dari hewan mati.
“Inovasi seperti Singapura pada 2020 itu dapat mempercepat masuknya pasar di negara maju lainnya,” ucap Carsten Gerhardt dari AT Kearney.
“Dalam jangka panjang kami yakin daging budidaya akan mengatasi masalah kesehatan dan dampak lingkungan dari daging tradisional, apabila diproduksi dengan cara yang sangat industri,” imbuhnya.
Sementara itu, Bruce Friedrich dari sebuah nirlaba di AS, Good Food Institute, mengatakan daging budidaya tidak mungkin menjadi mainstream hingga selama beberapa tahun sampai harganya bisa menyamai harga daging konvensional.
“Perlombaan baru untuk makanan masa depan sedang berlangsung,” katanya.
Hsin Huang, Sekretaris Jenderal dari International Meat Secretariat, yang mewakili industri daging dan peternakan global, mengakui perizinan produksi daging budidaya laboratorium merupakan momentum penting. Dia pun menyambut baik persaingan yang sehat tersebut.
Baca Juga: Bukan Hasil dari Radiasi, Sapi GaMa Ini Akan Dongkrak Produksi Daging Nasional
“Kami yakin potensi pasar untuk daging budidaya sangat luas karena konsumen menunjukkan antusiasme yang besar terhadap rasa dan manfaat nutrisi dari produk hewani,” ujarnya.
“Pandangan kami, produk hewani asli akan lebih memenuhi kebutuhan, namun kami menyambut persaingan yang sehat ini,” imbuhnya.
Bukan tidak mungkin, ke depan kita akan melihat daging dari peternakan dan daging dari laboratorium berjejer di rak penjualan, dan pilihan berada di tangan Anda.