BERNAS.ID – Maskapai Garuda Indonesia telah menuai berbagai sorotan mengenai kondisi keuangan perusahaan, yang tercatat memiliki utang senilai Rp70 triliun.
Bahkan, kerugian sebesar US$100 juta atau sekitar Rp1,4 triliun per bulan terus menggerus maskapai ini. Berbagai efisiensi akan dilakukan untuk menyelamatkan perusahaan berkode emiten GIAA.
Kabar terbaru yang dikutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (9/6/2021), perseroan tersebut menjelaskan kebijakan pengurangan armada pesawat selama masa pandemi.
Dalam jawaban atas permintaan penjelasan dari BEI, Garuda Indonesia mengaku saat ini hanya ada 53 pesawat yang dioperasikan, dari total 142 armada yang dimiliki.
“Adapun jumlah armada yang dioperasikan selama masa pandemi berkurang sehingga yang saat ini dioperasikan untuk mendukung operasional perusahaan ada pada kisaran 53 pesawat,” tulis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu.
Baca Juga: Menanti Aksi Penyelamatan Garuda Indonesia
Pengurangan itu akibat kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat sehingga perlu pengurangan frekuensi penerbangan hingga optimalisasi penggunaan armada untuk rute padat penumpang.
Secara rinci, total pesawat yang dimiliki Garuda Indonesia sebanyak 142 unit, dengan 53 unit yang beroperasi dan 39 unit sedang di-maintenance.
Terkait status pesawat, 136 unit berstatus pesawat sewa dan 6 unit berstatus dimiliki sendiri. Perseroan tersebut saat ini terus melakukan upaya negosiasi dengan lessor untuk pesawat dengan status grounded.
“Pendekatan yang ditempuh adalah untuk kembali dapat mengoperasikan atau melakukan early termination/ pengembalian pesawat,” tulis manajemen Garuda Indonesia.
Pada kesempatan itu, maskapai juga menyebutkan jumlah tunjangan gaji yang belum dibayarkan per 31 Desember 2020 sebesar US$23 juta. Menyinggung soal program pensiun dini, perseroan menawarkan program tersebut supaya tetap menjaga keseimbangan aspek supply demand, yang akan berpengaruh pada keberlangsungan usaha.
“Perseroan membuka pendaftaran program ini sejak 19 Mei hingga 19 Juni 2021,” tulisnya.
“Adapun pembayaran hak pensiun karyawan akan dilaksanakan mulai 1 Juli 2021 secara bertahap kepada karyawan yang telah mendaftarkan diri pada periode yang ditentukan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, maskapai Garuda Indonesia belum dapat memperhitungkan penghematan biaya yang diperoleh jika program pensiun dini diambil oleh seluruh karyawan.
Baca juga: 3 Cara Membeli Saham Bagi Pemula dengan Mudah
4 Opsi Penyelamatan
Sebagai informasi, ada empat opsi yang ditawarkan untuk menyelamatkan Garuda Indonesia, antara lain opsi pertama, pemerintah memberikan pinjaman atau suntikan modal. Opsi kedua, menggunakan hukum perlindungan kebangkrutan untuk restrukturisasi.
Opsi ketiga, mendirikan perusahaan maskapai nasional baru, atau opsi keempat, melikuidasi Garuda Indonesia dan sektor swasta mengisi kekosongan yang ada.
Terkait opsi tersebut, Garuda Indonesia tidak memberikan tanggapan dan menyerahkan segala keputusan kepada pemegang saham.
“Dapat kami sampaikan bahwa mengingat hal tersebut bukan merupakan ranah Perseroan, namun lebih kepada keputusan/ langkah strategis dari pemegang saham,” tulisnya.
Baca Juga: Sejarah Lahirnya Sang Garuda Indonesia, Maskapai yang Kini Terpuruk
Kini, manajemen Garuda Indonesia lebih fokus untuk memastikan keberlangsungan usaha terutama melalui optimalisasi lini bisnis kargo dan charter. Selain itu, maskapai tersebut juga berupaya optimalisasi produktivitas armanda, negosiasi bersama lessor, pengelolaan SDM serta restrukturisasi rute penerbangan.
Sebelumnya, Komisaris Independen Garuda Indonesia Yenny Wahid mengatakan pihaknya sedang berjuang keras agar Garuda tidak dipailitkan. Dia menyebut utang Garuda sudah lebih dari Rp20 triliun ketika dia masuk sebagai komisaris. Kondisi pandemi bikin maskapai ini malah rugi setiap kali terbang.
“Problem warisan Garuda besar sekali, mulai dari kasus korupsi sampai biaya yang tidak efisien,” kicaunya di Twitter pada Sabtu (29/5/2021).
“Namun Garuda adalah national flag carrier kita. Harus diselamatkan. Mohon support dan doanya,” lanjutnya.
Baca juga: 6 Langkah Belajar Investasi dan Trading Saham dari Nol