Bernas.id – Sebagian orang banyak yang mengasumsikan bahwa diri harus menjadi kaya untuk menjadi si rajin pemberi sedekah. Karena dengan uang yang berlebih, maka akan lebih mudah memberi pada orang lain. Sebagian yang lain beranggapan bahwa untuk menjadi seseorang yang bersyukur harus setiap waktu menghabiskan waktu di ruang ibadah. Banyak beribadah, maka memuluskan jalan masuk surga. Sudah kenalkah Anda apa makna zuhud sebenarnya? Benarkah menjadi orang yang apa adanya berarti dengan belajar hidup miskin?
Menurut Ibnu Rajab Al Hambali, “Zuhud terhadap sesuatu adalah berpaling darinya dengan sedikit dalam memilikinya, menghinakan diri darinya serta membebaskan diri darinya.”
Zuhud yang paling utama adalah zuhud yang berkiblat pada petunjuk Rasulullah. Begitupun sebaliknya zuhud yang paling buruk adalah zuhud yang jauh dari petunjuk Rasulullah. Menurut Ibnu Al Qoyyim beserta ulama lain zuhud dibedakan menjadi empat tingkatan, yakni:
Zuhud wajib
Yakni zuhud terhadap segala hal yang diharamkan. Pengaplikasiannya adalah dengan meninggalkan perkara haram tersebut. Sebagai contoh adalah pekerjaan yang masih berlekatan dengan riba.
Zuhud sunnah
Dalam bahasa arab disebut mustahabbah, yakni dengan menghindari diri dari hal-hal yang hukumnya makruh atau mubah berlebihan. Misalnya dengan cara tidak mengenakan pakaian secara berlebihan.
Zuhud orang-orang yang berpacu berjalan menuju Allah
Dibedakan menjadi dua macam, yaitu zuhud terhadap dunia secara umum dan zuhud terhadap diri sendiri.
Zuhud terhadap dunia secara umum. Dengan tidak mempedulikan masalah dunia justru berusaha menggenggamnya namun tidak tergoda karenanya. Sebagai contoh adalah Rasul yang menaklukan dunia melalui ridho Allah, tapi Beliau malah semakin zuhud terhadap dunia.
Zuhud terhadap diri sendiri. Merasa cukup dengan segala hal yang ada di tangan hingga memunculkan sifat yang qana'ah, apa adanya.
Zuhud syubhat
Meninggalkan semua hal yang masih belum jelas hukumnya. Bukan halal ataupun haram. Zuhud semacam ini adalah zuhudnya orang-orang yang wara', yaitu orang yang menjaga kehormatan.
Zuhud dapat melembutkan hati setiap insan. Menjadikan apa yang dimiliki bukanlah apa-apa dibandingkan apa yang Allah kuasai. Zuhud bukan berarti membatasi diri secara mutlak dengan hal duniawi. Tetap menggenggamnya pada tangan namun tidak meletakkannya pada hati. Dengan tetap berserah diri setelah berikhtiar. Mempercayai bahwa Allah akan memberikan rejeki yang melimpah setelah tawakal dengan sebenar-benarnya tawakal. Bukan berarti hidup miskin melainkan hidup dengan tidak berharap pada dunia semata.