Bernas.id – Menulis itu gampang-gampang susah, kadang perlu membuat alur yang mengalir agar tulisan enak dibaca. Setelah membaca banyak karya dan mengamati tiap tulisan. Tiap penulis punya ciri dan gaya yang berbeda dalam menulis.
Penulis yang baik akan memiliki motivasi yang baik, tiap amal tergantung niatnya. Hadis Arba’in Imam An Nawawi hadis pertama yang dikupas adalah bab niat. Dikisahkan dalam hadis tersebut tentang kisah seseorang yang berniat hijrah karena wanita. Memang amal yang diniatkan karena dunia akan dapat dunia. Tapi akhirat tidak dapat. Maka di penggalan terakhir hadis ada kalimat yang sangat menyentuh. Perbandingan antara hijrah karena dunia dan hijrah karena Allah dan rasul-Nya. Secara garis besar, niat akan selalu mempengaruhi hasil karya dan kemampuan bertahan dalam menulis.
Baca juga: Pengertian Interpretasi, Tujuan, dan Macam-macamnya
Ada contoh penulis yang melegenda dengan karya yang melebihi umurnya, antara lain:
Sayyid Qutb
Paparan mengenai kisah penulis yang melegenda salah satunya adalah Sayyid Quthb. Beliau penulis yang fenomenal dan monumental. Salah satunya tafsir Fi Zhilalil Qur’an, karya itu hadir dua juz pertama di luar penjara dan 28 juz di penjara. Sungguh tidak terbayangkan bagaimana sulitnya melahirkan karya tersebut. Kita tahu bagaiamana rezim Mesir yang cukup sadis memperlakukan tahanan pada masa itu. Jadi prosesnya fenomenal dan monumental. Ditambah lagi proses penerbitanya cukup memberi banyak keuntungan bagi penerbitnya.
Baca juga: 18 Jenis Konjungsi, Pengertian, dan Contoh Kalimat Terlengkap
Buya Hamka
Cerita lain lagi hadir dari tanah air, ulama karismatik yang jago nulis, Buya Hamka. Sosok pembelajar sejati, orang tanpa ijazah yang mampu mengguncang dunia. Melahirkan karya fenomenal dan monumental tafsir Al Azhar. Karya ini juga sama hadir dari dalam penjara. Kata beliau mungkin kalau tak dipenjara tafsir ini tak akan hadir. Beliau dipenjara karena kriminalisasi. Tuduhan makar yang tak terbukti. Dari karya tersebut Buya Hamka dan keluarga bisa naik haji.
Kedua cerita di atas, memberi kesimpulan setiap kesulitan pasti ada berkahnya. Dua penulis tersebut mampu melahirkan karya yang dahsyat dari keadaan yang mungkin tak terpikirkan untuk melahirkan karya. Penjara bagi kedua penulis adalah wahana yang baik untuk berkarya.
Belajar dari realitas di atas, beliau berdua adalah orang yang gigih. Melihat semua cobaan adalah ladang amal. Tak berhenti berkarya apapun keadaannya. Orang-orang saleh yang memegang akhiratnya, sehingga dunia mengikutinya. Mereka ikhlas akan takdir yang sudah digariskan. Mereka jujur dengan keadaan. Terus memberi dan menginspirasi. Akhirnya lahir karya abadi.
Baca juga: 51 Jenis Font Keren untuk Desain dan Menulis Buku