Bernas.id – Novel merupakan buku yang paling digemari semua kalangan. Novel-novel karya Asma Nadia, Tere Liye, Habiburrahman El-Shirazy, Helvy Tiana Rossa, Andre Hirata, dan A. Fuadi jadi buruan para penikmat novel setiap tahunnya. Setiap kali nama-nama besar tersebut merilis novel baru, dalam sekejap novel yang masih pre order ludes terjual.
Nama-nama penulis buku non fiksi pun umumnya tak sementereng penulis novel. Euforia ini pun menimbulkan petaka. Ternyata, banyak orang yang menduga setiap ada seseorang yang meluncurkan buku baru, mereka menyangka bahwa ia menulis novel. Bahkan ini sering terjadi di beberapa costumer yang membeli buku lewat online. Apakah Anda termasuk seperti itu?
Baca juga: Cara Menulis Kutipan Langsung dan Kutipan Tidak Langsung Lengkap
Sepertinya ada pemahaman yang kosong, dan kita harus menngisi kehampaan itu dengan informasi baru. Karena inilah penting mengenal jenis-jenis tulisan agar kita tidak gagal paham. Jangan sampai seorang penulis non fiksi malah dituduh penulis cerpen atau novel.
Tulisan ditinjau dari jenisnya ada tiga macam; fiksi, non fiksi, dan faksi. Mari kita uraikan satu per satu secara mendalam.
Fiksi
Novel, cerpen, dongeng, fabel, puisi, skrip film, dan cerita bersambung (cerbung) masuk di dalam jenis ini. Berarti fiksi merupakan tulisan berupa narasi yang idenya berasal dari khayalan atau imajinasi. Tulisan yang dibuat merupakan karangan semata. Orang yang membaca tulisan fiksi cenderung akan membuat film sendiri di pikirannya selama membaca. Pancaindra pembaca jadi hidup kala membaca tulisan ini.
Kelebihan dari tulisan fiksi, pembaca bisa mendapatkan ilmu, hikmah, dan informasi tanpa merasa digurui. Manfaat lainnya, seperti yang dipublikasikan pada jurnal Science di 2013 lalu. Studi itu menunjukkan bahwa membaca fiksi mampu meningkatkan empati. Di mana partisipan yang dinilai angka empati dan persepsi sosialnya meninggi setelah membaca cerita.
Baca juga: Mengenal Teks Berita, Ciri-ciri, Jenis, dan Contoh Penulisannya
Non Fiksi
Jenis tulisan ini kebalikan dari fiksi. Non fiksi merupakan tulisan yang berlandaskan pada data, fakta, dan informasi yang sebenarnya terjadi di lapangan. Penulisnya tidak boleh memberikan data, fakta, dan informasi yang merupakan imajinasi. Pada non fiksi, data, fakta, dan informasi merupakan nyawa dari tulisan itu sendiri. Belum lengkap jika tulisan non fiksi tanpa ketiganya. Bagaikan sayur tanpa garam. Tulisan itu bisa jadi hambar bahkan bisa jadi pahit. Karena buku non fiksi berisi tentang ilmu, jadi garing rasanya tanpa diperkuat dengan tiga hal yang tadi. Buku yang masuk jenis ini, buku panduan, resep masak, buku pelajaran, kamus, artikel, feature, berita, biografi, essay, opini, dan karya tulis ilmiah.
Penulis non fiksi biasanya motivator, pengusaha, aktivis dakwah, mahasiswa, pelajar, santri, dan lain-lainnya. Isi buku yang ditulis cenderung sama dengan latar belakang penulis. Sebagaimana buku 7 Keajaiban Rezeki karya Ippho Santosa. Dengan latar belakang sebagai pengusaha dan pembicara, Ippho mengompori pembaca untuk menjadi manusia yang berkah dan berlimpah melalui bukunya.
Baca juga: Pengertian Interpretasi, Tujuan, dan Macam-macamnya
Faksi
Ini masuk jenis yang jarang diketahui, termasuk penulis pemula. Faksi (fakta-fiksi) adalah bentuk perpaduan antara kisah nyata dengan fiksi. Akhir-akhir ini, jenis tulisan faksi berkembang pesat. Novel-novel yang ditulis pun banyak yang diangkat berdasarkan kisah nyata pribadi sang penulis. Sebut saja novel Laskar Pelangi dan Negeri 5 Menara yang berangkat dari kisah hidup penulisnya sendiri. Ada pula novel Sang Kyai dan Sang Pencerah yang diadaptasi dari kehidupan dua guru bangsa, KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan.
Buku yang di dalamnya berisi kumpulan kisah inspirasi yang based on true story pun masuk kategori ini. Selama bukan hasil imajinasi penulis, tidak bisa disebut sebagai faksi. Simpelnya, faksi ialah mengisahkan kisah nyata dengan cara fiksi.
Nah, setelah ini Anda tak perlu lagi pusing membedakan jenis tulisan. Beres deh!
Baca juga: 51 Jenis Font Keren untuk Desain dan Menulis Buku 2021