Bernas.id – Doa yang selalu kita panjatkan ke orang tua setiap selesai salat di antaranya agar orang tua dapat hidup sehat dan kita dapat menyayangi orang tua, sebagaimana orang tua menyayangi kita di masa kecil. Ada pepatah bahwa kita tak akan mungkin dapat membalas jasa orang tua. Kesabaran orang tua dalam mendidik kita tak berbatas. Ada sebuah kisah yang inspiratif tentang kesabaran dan kasih sayang seorang ayah.
Suatu hari ada seorang ayah yang sudah tua, sedang duduk di taman dengan anaknya. Sang anak asyik membaca koran. Lalu sang ayah melihat seekor burung bertengger di dahan pohon. Dan ia bertanya, “Burung apakah itu?”, tanyanya. Sang anak mengalihkan pandangan sebentar dari koran dan menjawab sambil lalu. “Burung gagak”, jawabnya. Kembali ia menekuni koran yang ia baca.
Setelah beberapa saat, sang ayah kembali bertanya. “Burung apakah itu?”, tanyanya. Sang anak mengalihkan pandangannya dari koran, dengan jengkel ia menjawab. “Burung gagak!”, jawabnya ketus. Sang ayah terdiam. Masih mengamati sang burung gagak. Burung gagak itu terbang dan mendarat di dekat kaki sang ayah. Kembali sang ayah bertanya. “Burung apakah itu?”, tanyanya. Sambil membanting koran dengan keras, sang anak berkata, “Aku sudah bilang ayah, itu burung gagak. Burung G-A-G-A-K ! Tidakkah kau mengerti!”
Lalu sang ayah mengangkat tangannya, menghentikan teriakan kesal anaknya lalu pergi ke dalam rumah. Diambilnya sebuah buku yang sudah terlihat usang. Sang ayah menyodorkan buku itu ke si anak. “Baca ini, yang keras”, ucapnya singkat. Masih bersungut-sungut, sang anak membacanya. Buku itu sebuah diari. Milik sang ayah.
Hari ini anakku berulang tahun yang ketiga. Kami berdua duduk di taman. Tiba-tiba seekor burung terbang. Dan ia bertanya, “burung apakah itu Ayah?”, tanyanya. Dan aku menjawab “Burung gagak, Nak”. Ia bertanya kembali. “Burung apa itu ayah?” Dan aku menjawab, “burung gagak, Nak”. Ia bertanya terus. Sampai 21 kali. Menunjuk makhluk yang sama dengan pertanyaan yang sama. Aku menjawab 21 kali. Tanpa merasa kesal karena ia berkali-kali mengulangi pertanyaan yang sama. Setiap kali ia bertanya, aku menjawab sambil tersenyum dan memeluknya.
21 kali…
Kisah ini menggambarkan betapa sabarnya orang tua, ketika kita masih kanak-kanak. Tak bosan-bosannya menjawab pertanyaan kta. Sedangkan tak jarang orang tua yang ditinggalkan anaknya karena alasan sibuk bekerja. Di era teknologi dan komunikasi maya, kita harus ingat tiga hal. Menjaga cara kita berkomunikasi dengan orang tua dengan santun. Bagaimanapun komunikasi langsung adalah cara berkomunikasi yang terbaik. Yang kedua adalah menjaga sikap kita. Maklumilah jika orang tua mengulang-ulang perkataan seperti halnya anak kecil. Bukankah kita dulu juga sangat merepotkan mereka? Dan yang ketiga adalah tak lelah merawat mereka ketika waktu mereka sakit.
Semoga menginspirasi!