Bernas.id – Selama ini penulis mengirimkan naskahnya lewat dua cara; kirim naskah lewat surel (email), dan cara lawas yaitu mengirim dalam bentuk print out yang sudah dijilid rapi. Setiap penerbit punya aturan sendiri mengenai syarat dan ketentuannya. Ada yang hanya menerima lewat surel demi efisiensi kertas agar hemat, dan tidak terbuang. Ada pula yang mewajibkan dalam bentuk kedua tadi. Tentu saja, cara pertama lebih familiar di generasi millenials.
Ternyata ada cara lain yang belum banyak diketahui penulis. Langkah ini seperti jalan asing yang belum banyak diketahui penulis khususnya di Indonesia. Di Amerika, cara seperti ini sudah sangat lumrah. Namanya ialah book packaging. Sederhananya, book packaging ialah seseorang atau perusahaan jasa yang melakukan kerja penerbitan. Mulai dari perencanaan, riset materi, wawancara, penulisan, editing hingga desain dan layout. Produk akhirnya ialah materi siap cetak. Setelah itu, bisa diproduksi dan diterbitkan baik secara independen (oleh klien) ataupun oleh penerbit mayor.
Jika Anda menginginkan dicetak penerbit mayor, Anda tinggal mengirim buku yang sudah siap cetak (dummy). Jadi, Anda tidak mengirimnya dalam bentuk print out yang seperti makalah kuliahan atau lewat surel. Simpel, kan?
Di Indonesia, book packager masih sangat jarang. Ini wajar mengingat tingkat literasinya masih sangat jarang, dan perhatian pemerintah masih belum tinggi pada dunia kreasi ini.
Sebenarnya ada dua cara book packaging yang bisa Anda lakukan:
Pertama, Anda bisa melakukan book packaging sendiri. Tentu saja perlu keterampilan tertentu seperti design, layout, dan editing. Jika Anda kesulitan, Anda bisa membayar designer, layouter, dan copy editor untuk mendesain sampul buku, mengatur tata letak buku dan memeriksa tata bahasa buku Anda dengan ciamik. Sebenarnya masih ada beberapa pihak yang bisa dilibatkan dalam menyelesaikan paket buku ini. Seperti illustrator (jika memang ada yang harus diberi ilustrasi), photographer (jika membutuhkan foto), indexer (Jika membutuhkan index), dan book publisist (jika membutuhkan jasa staf promosi untuk melariskan buku).
Cara ini tentu memaksa Anda harus menghubungkan beberapa orang untuk membuat naskah Anda jadi buku yang layak diterbitkan dan mampu menggoda penerbit. Jika tidak mau repot, silakan pakai cara kedua.
Kedua, Anda harus membayar perusahaan atau seseorang yang menerima jasa book packaging. Hampir sama dengan cara pertama. Perbedaannya, Anda tidak usah capek-capek mencari designer, layouter, dan copy editor. Itu jadi urusan perusahaan yang Anda bayar jasanya.
Memang cara ini perlu pengorbanan lebih besar dari cara biasa. Anda harus mengeluarkan uang demi menghasilkan buku dummy dahulu. Namun, rupanya cara ini lebih menjamin buku Anda diterima penerbit lho. Karena Anda jadi mengurangi beban editor dan tim lainnya demi meloloskan naskah Anda jadi buku. Peluang naskah Anda diterbitkan pun lebih terbuka. Apalagi bila Anda penulis baru, biasanya editor malas melirik naskah penulis baru.
Untuk royalty, kemungkinan kecil Anda tidak akan mendapatkannya. Biasanya, cara satu paket buku ini dibayar secara flat free (beli putus). Di luar negeri, book backager dihargai $1 per kata, tentu sangat menggiurkan. Berbeda dengan di Indoneisa, biasanya bisa senilai Rp5 juta sampai puluhan bahkan ratusan juta. Tentu itu tetap menguntungkan, bukan?
Bagaimana? Anda mau mengirim naskah dengan cara book packager? Jika uang bukan masalah, kenapa tidak? Jaminan naskah Anda terbit di penerbit besar sudah terjamin bahkan langsung mendapatkan bayaran. Hmm, menarik, bukan?