Bernas.id – Apa yang Anda lakukan ketika anak Anda menangis atau marah? Bisa jadi menasehatinya, memarahinya kembali, atau cepat-cepat menenangkan. Menangis, marah, gembira adalah reaksi spontan anak-anak ketika mengungkapkan emosinya. Namun ada anak yang lebih sering menangis, lebih sering tersinggung, atau lebih sering marah.
Kadang kita mengambil kesimpulan terlalu cepat bahwa anak kita manja. Jika pemikiran itu yang terbersit dalam benak kita periksa dua hal. Yang pertama apakah kita selalu menuruti kemauannya dan dia menangis ketika kita tidka menurutinya? Jika jawabannya ya, bisa jadi kemanjaannya adalah akibat dari pola asuh kita.
Bagaimana jika jawabannya tidak? Anak kita cenderung bereaksi kesal ketika kita sedang menasehatinya. Mudah menangis ketika diledek orang lain, mudah marah ketika kalah dalam permainan. Jika ciri-ciri ini ada pada diri anak Anda, kemungkinan anak Anda memang anak-anak yang sensitif.
Ada anak-anak yang memang terlahir dengan kepekaan berbeda dengan anak yang lain. Ia cepat merasa sedih, senang, kecewa, dan bahagia. Kabar baiknya anak kita bisa memiliki rasa empati yang lebih besar kepada sesama. Dengan penanganan yang tepat, anak-anak yang sensitif dapat menjadi pribadi yang dapat menangani emosinya dengan baik.
Jadilah pendengar yang baik. Ketika anak kita mengalami peristiwa yang menjadikannya kesal jangan langsung menanggapinya dengan menasehati bertubi-tubi. Ini hanya akan membuat perasaannya lebih buruk. Coba minta ia kembali bercerita. Gali apa yang membuat dirinya kesal. Jangan remehkan kekesalannya dengan mengucapkan “Baru dibilang segitu saja kok sudah nangis?”. Atau mengucapkan kata-kata sepert “laki-laki tidak boleh menangis, harus jadi jagoan!”. Perkataan ini sama sekali tidak membantu. Ucapkan kembali kata-katanya seperti “Sepertinya Sarah sedih, mau cerita ke Mama?” Anak akan bersikap lebih terbuka. Jadilah pendengar dan jangan interupsi penjelasannya dengan nasehat.
Setelah anak merasa lebih baik dengan menceritakan apa yang merisaukannya, tuntun anak-anak untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri. Sentuh nuraninya seperti perkataan “Allah sayang dengan semua hambaNya dan tidak ingin hamba-Nya bermusuhan satu dengan lainnya”. Sampaikan kemungkinan yang dapat dilakukan anak dan dengar pendapatnya. Tuntun ia bahwa semua peristiwa yang terjadi adalah jalan Allah untuk menguatkan dirinya.
Sampaikan fakta bahwa Allah menciptakan manusia dengan berbagai karakter dan kebiasaan. Bisa jadi orang yang terlahir dari suku Batak terbiasa berbicara dengan suara kencang, namun tidak bermaksud marah. Kita dapat juga membicarakan kemungkinan yang akan dihadapi anak sebelum ia melangkah. Misalnya anak kita terlalu cemas pada saat hari pertama masuk sekolah. Sampaikan kemungkinan situasi yang dihadapinya dan diskusikan dengan anak bagaimana ia akan mengatasi situasi tersebut. Latihan ini akan membuat anak lebih siap mengahadapi hari pertama sekolah.
Ajari beberapa teknik menenangkan diri ketika mereka merasa marah. Misalnya menarik napas panjang kemudian beristigfar di dalam hati. Atau keluar sejenak dari situasi dan pergi ke tempat dimana ia dapat menenangkan diri. Sampaikan bahwa emosinya adalah anugerah dan Allah ingin kita dapat mengatur emosi kita dengan baik.
Tips terakhir yang paling penting adalah kesabaran yang luar biasa dari sang orang tua. Sadari bahwa cara bicara dan cara Anda menanggapi anak harus dikondisikan. Kontrol juga emosi Anda dalam berbicara dan menanggapi anak. Dampingi anak dengan penuh kasih sayang sampai ia tumbuh menjadi pribadi yang kuat baik fisik maupun emosi.