Bernas.id – Akuntansi merupakan cabang keilmuan yang memegang peranan penting dalam perekonomian modern. Akuntan menjadi salah satu profesi pavorit seperti halnya dokter, advokat, arsitek dan lainnya. Dalam dunia usaha semua bidang usaha memerlukan seorang akuntan untuk mencatat peristiwa keuangan yang terjadi. Pencatatan tersebut akan menjadi rujukan bagi berbagai kalangan untuk mengambil berbagai keputusan. Dan dengan catatan keuangan tersebut akan memberikan gambaran berhasil atau gagalnya sebuah usaha.
Pertanyaan muncul tentang siapa sebenarnya orang yang menjadi ?bapak? ilmu Akuntansi modern. Banyak berbagai kajian yang menelusuri figur awal Akuntasi. Menurut Sri Nurhayati dan Wasilah dalam bukunya Akuntasi Syariah di Indonesia menyebutkan bahwa yang paling populer tentang ?Bapak? akuntasi adalah Luca Pacioli yang lahir di Tuscany Ilatila. Beliau adalah seorang ilmuan dan pengajar di beberapa Universitas yang dianggap sebagai penemu awal persamaan akuntansi untuk pertamakali pada tahun 1494 dengan bukunya Summa de Arithmetica Geometria et Proportionaliata. Dalam buku tersebut beliau menerangkan double book entry keeping sebagai dasar perhitungan akuntansi modern. Sebenarnya double book entry keeping telah dilakukan ketika perdagangan Venice dan Genoa pada awal abad ke 13 setelah terbukanya jalur perdagangan antara Timur Tengah dengan kawasan Mediterania. Bahkan pada tahun 1340 Bendahara kota Massri telah melakukan pencatatan dalam bentuk double entry. Hal inipun diakui oleh Luca Paciolli bahwa apa yang dituliskannya berdasarkan apa yang telah terjadi di Venice sejak satu abad sebelumnya.
Selanjutnya Sri Nurhayati dan Wasilah memaparkan penyataan beberapa tokoh tetang sejarah akuntansi. Menurut Veron Kam, menurut sejarahnya kita mengetahui bahwa sistem pembukuan double entry uncul di Italia pada abad ke-13. Itulah catatan yang paling tua yang kita miliki mengenai sistem double entry sejak akhir abad ke-13 itu. Namun adalah mungkin sistem double entry sudah ada sebelumnya. Lieber (dalam Boydun, 1968) menyatakan bahwa para pemikir diitalia memiliki pengetahuan tentang bisnis yang baik disebabkan hubungannya dengan rekan bisnis muslimnya. Bahkan Have (1976) mengatakan bahwa Italia meminjam konsep double entry dari Arab.
Rizal Yahya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim dalam bukunya Akuntasi Perbankan Syariah Teori dan Praktek Kontemporer memberikan keterangan seputar sejarah Akuntasi dengan baik. Have (1976) dalam Zaid (2001) beranggapan bahwa perkembangan akuntansi sebagaimana ditulis oleh Paciolli tidaklah terjadi di Republik Italia kuno. Yang terjadi adalah Italia mengetahui tentang Akuntansi dan ilmu itu sampai pada mereka dari bangsa lain. Zaid (2001) menyatakan bahwa bab dalam buku pacioli tentang akuntansi hanyalan bagian dari apa yang ada pada saai itu, yang beredar di atara para guru dan murid sekolah aritmetika dan perdagangan. Sementara itu, Heps (1895) dalam Zaid (2001) menyatakan bahwa buku Paciolli didasarkan pada tulisan Leonard of Piza, orang Eropa pertama yang menterjemahkan buku Aljabar yang ditulis dalam bahasa Arab, yang berisikan dasar-dasar bookkeeping.
Masih menurut Rizal Yahya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, dalam sejarah Islam telah ada manuskrip yang dtulis oleh Abdullah bin Muhammad bin Kiyah al Mazindarani dengan judul Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqaat pada tahun 1363 M. Beberapa kaidah dalam manuskrip tersebut yang terkait dengan praktik double entry adalah: pertama, harus mencatat pemasukan di halaman sebelah kanan dengan mencatat sumber-sumber pemasukan tersebut. Kedua, harus mencatat pengeluaran di halaman sebelah kiri dan menjelaskan pengeluaran tersebut. Zaid (2001) menyatakan bahwa apa yang terdapat dalam manuskrip Mazindarani tersebut menggambarkan praktik double entry bookkeeping masyarakat Muslim saat itu. Menurut Zaid (2001) Beberapa ahli sejarah barat menyimpulkan bahwa masyarakat yang dimaksud oleh Paciolli dalam bukunya adalah masyarakat dan bahkan pemerintah Italia. Pendapat ini dipandang Zaid (2001) bertentangan dengan fakta tidak operasionalnya angka romawi untuk digunakan dalam praktik akuntansi yang sedemikian maju.
Penelusuran Sri Nurhayati dan Wasilah dokumentai yang baik mengenai akuntansi negara Islam pertama kali dilakukan oleh al-Khawarizmy pada 976 M. ada tujuh hal khusus dalam sisem akuntasi yang dijalankan oleh al-Khawarizmy dan al-Mazendarany yaitu sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup, kontruksi, pertanian, gudang, mata uang, peternakan dan perbendaharaan. Dengan beberapa fakta hasil penelitian bebrapa akhli tersebut membuka ruang pemikiran kita tentang asal mula akuntasi modern.