Bernas.id – Toko kaset Aquarius adalah toko yang selalu ramai dikunjungi oleh para remaja. Remaja akan pergi ke Aquarius untuk sekedar mendengarkan kaset atau CD favorit dengan kualitas prima. Sayangnya pemandangan ini sudah lama berlalu. Remaja terakhir yang menikmati toko kaset adalah remaja kelahiran tahun 90-an.
Para musisi pada era 90-an ke bawah berlomba-lomba untuk membuat rekaman yang bagus dan memberikannya ke perusahaan rekaman. Perusahaan rekaman yang tertarik akan membuatkan mereka album dan musisi bersangkutan akan mendapatkan royalti dari penjualan albumnya.
Berkembangnya era teknologi informasi berpengaruh besar terhadap kehidupan musisi saat ini. Semua rekaman video klip ada di Youtube. Sang musisi harus berjuang keras mencapai follower yang banyak untuk mendapatkan uang. Ditambah lagi mereka kerap harus bersaing dengan penyanyi cover lagu mereka. Dahulu jika ingin menyanyikan lagu penyanyi favorit kita dan merekamnya kita harus meminta ijin kepada penyanyi yang bersangkutan. Sekarang peraturan itu semakin tidak diindahkan.
Prince Roger Nelson, seorang musisi legendaris menggambarkan internet seperti sebuah black hole. Di satu sisi para penggemar yang ikut membuat cover lagu menyukai musik yang dibuat namun di sisi lain tidak menghargai proses menciptakan sebuah musik yang tidak mudah. Senada dengan itu grup band Payung Teduh bahkan melayangkan ultimatum terhadap pembuat cover lagu miliknya. Penyanyi cover tersebut mendapatkan follower yang lebih banyak dari penyanyi aslinya.
Kesempatan terakhir untuk berkarya dan dihargai saat ini adalah dengan melakukan konser ke berbagai tempat. Musisi akan mendapat keuntungan secara langsung. Musisi kini harus memutar otak lebih keras dan beradaptasi dengan baik hingga karyanya dapat dijadikan sebagai penghasilan yang layak seperti musisi zaman dulu.