Bernas.id – Provinsi Jawa Timur memiliki teater tradisional yang tak kalah menariknya dengan teater modern yakni kesenian Ludruk. Barangkali bagi kids zaman now istilah kesenian Ludruk masih bisa dikatakan sangatlah asing didengar.
Mengawali sejarah Ludruk pertama kali muncul sekitar tahun 1980 dengan pencetusnya adalah Gansar. Gansar merupakan seorang tokoh yang berasal dari desa Pandan, Jombang, Jawa Timur.
Kesenian Ludruk dalam sejarahnya selalu membawakan tema yang mengangkat masalah-masalah kehidupan rakyat kecil. Jadi sifat kesenian Ludruk lebih bersifat egaliter dan bahasanya juga menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat Jawa Timur yakni bahasa Jawa. Meskipun di dalam pementasannya terkadang diselipkan beberapa bahasa asing, seperti bahasa Inggris, dan lainnya.
Selain itu, kesenian Ludruk juga memiliki ciri-ciri yang sangat unik yakni seluruh pemain Ludruk adalah laki-laki. Tentu hal ini berbeda dengan teater yang lainnya. Inilah sisi unik yang dimiliki kesenian Ludruk.
Selain sebagai media hiburan untuk masyarakat, kesenian Ludruk di masa Jepang digunakan sebagai media kritik untuk pemerintahan Jepang. Namun, pada zaman Republik Indonesia kesenian Ludruk tetap hidup dan berkembang menjadi seni tradisional.
Tapi sayang seribu sayang kesenian Ludruk saat ini sangatlah langka ditemui di dalam masyarakat sekitar kita. Padahal kesenian Ludruk merupakan seni yang perlu dilestarikan untuk menghidupkan seni dan budaya bangsa kita ini. Oleh karenanya, para pemuda yang katanya kidz zaman now perlu tahu dan mempelajari kesenian Ludruk ini.