Bernas.id – Benarkah orang yang cenderung banyak bicara berpeluang lebih besar dan lebih berhasil melakukan marketing dibanding orang yang pendiam? Pemahaman masyarakat tentang eratnya hubungan kepandaian bicara seseorang dengan jiwa pemasaran yang unggul merupakan hal yang lumrah. Banyak orang meyakini setidaknya jika ingin pintar marketing minimal memiliki keahlian merayu seseorang. Rencana membuka lapak bisnis batal hanya karena ketidakpercayaan pada kemampuan diri sendiri. Setujukah Anda bahwa pintar marketing adalah bakat bawaan dari lahir?
Bukan rahasia lagi jika setiap bayi yang lahir akan diajarkan banyak hal. Mulai tengkurap, merangkak dan berjalan. Begitu pun lisan yang juga dilatih untuk pandai bicara. Sejak lahir kita tidak pernah tiba-tiba jago mengucap ribuan kata bukan?
Kita mempelajarinya secara bertahap. Sedikit demi sedikit kosa kata semakin bertambah jumlahnya. Lalu apa kaitannya kelihaian berbicara dengan tingkat kemampuan marketing seseorang?
Seyogyanya marketing tidak harus digeluti melalui pendidikan resmi. Kemampuan marketing dapat ditekuni secara otodidak. Memasarkan sebuah produk atau jasa tidak bergantung pada hebatnya cara bicara seseorang sebagai faktor utama.
Bagaimana tips ampuh agar seseorang lugas melakukan marketing secara baik? Inilah beberapa diantaranya:
1. Pahami produk atau jasa yang akan dipasarkan;
Mengetahui secara detail sesuatu yang akan kita tawarkan pada orang lain adalah hal yang wajib dikerjakan. Tips yang satu ini amat berguna untuk meminimalisir perbincangan yang kemungkinan terkesan kikuk dan tak berisi.
2. Pintar-pintar memahami karakteristik sasaran marketing.
Jika produk yang tersedia bervariasi harga dan kegunaan, maka pemilihan produk yang akan kita rekomendasikan juga berbeda satu sama lain. Sebagai contoh saat memasarkan produk kecantikan. Orang yang hobi berdandan dengan orang yang cuek pastilah tak sama kebutuhannya. Kita bisa memfokuskan produk lipstik untuk orang yang suka merias diri sedangkan menawarkan lipbalm pada orang yang cuek. Mengapa begitu? Lipstik dipilih agar dapat mengeksplor pilihan si hobi berdandan sedangkan lipbalm dipilih agar si cuek mendapatkan kegunaan lipbalmnya saja tanpa hasil riasan yang mencolok.
3. Yakinlah, bahwa kita mampu melakukan marketing;
Jika detail produk sudah melekat di otak dan pengamatan sasaran marketing sudah mantap, maka langkah selanjutnya meyakinkan diri untuk berbicara. Bicara dengan yakin bahwa produk kita adalah produk terbaik. Jika kita bicara secara ragu, maka sasaran pemasaran akan ikut ragu dengan bagusnya produk yang ditawarkan. Berusahalah untuk santai saat meluncurkan kalimat-kalimat marketing agar menciptakan kenyamanan dua arah.
Anggaplah orang yang kita ajak bicara adalah teman. Ketika gagal mencapai tujuan marketing pada orang tersebut tidak perlu minder. Karena marketing adalah soal berlatih berbicara bukan sengaja memaksakan kehendak pada orang lain.
Nah, jelas bahwa keberhasilan marketing tidak mutlak ditentukan oleh kepiawaian berbicara atau berpromosi ria, melainkan mampu mempersiapkan diri secara utuh. Jika jago bicara tanpa ilmu yang memadai, it's zero!
Selamat mencoba!