Bernas.id – Semua usaha dilakukan yang bermuara pada satu tujuan, untuk masyarakat Indonesia semakin melek dengan literasi. Nampaknya, usaha-usaha itu masih terbilang konvensional. Belum terlalu menarik perhatian masyarakat, khususnya pemuda-pemudi Indonesia. Perlu ada terobosan baru untuk memantik generasi muda ini dekat dengan buku dan kecanduan padanya.
Baca juga: Cara Menulis Kutipan Langsung dan Kutipan Tidak Langsung Lengkap
Perbanyak Koleksi Buku
Cobalah berkunjung ke perpustakaan. Kebanyakan orang yang berkunjung ialah siswa atau mahasiswa. Singkatnya, orang-orang yang datang ke perpustakaan rata-rata untuk mencari referensi tugas sekolah, makalah, skripsi, tesis, disertasi, jurnal, dan kewajiban lainnya dari guru atau dosen. Jarang sekali di perpustakaan, kita menemui orang-orang yang datang ke sana untuk membaca buku. Koleksi buku di perpustakaan pun lebih dominan diisi dengan buku-buku ilmiah. Cenderung sepi dengan buku-buku populer baik itu fiksi atau non fiksi.
Inilah yang jadi masalah! Konsep ini bertentangan dengan pendapat Helvy Tiana Rosa. Pendiri Forum Lingkar Pena ini menilai bahwa jenis buku yang paling laris di Indonesia ialah novel, dan buku how to seperti buku 7 Keajaiban Rezeki karya Ippho Santosa. Ini sesuai dengan laporan penjualan buku yang paling laris dari toko-toko buku.
Jadi, seharusnya perpustakaan menyediakan koleksi buku-buku fiksi, dan non fiksi karya penulis-penulis ternama dan penulis yang namanya baru mencuat.
Hubungkan Karya Penulis dengan Perpustakaan
Normalnya, penerbit mayor mencetak 1.000 sampai 3.500 ekslampar buku untuk cetakan pertama. Bagi penulis yang sudah ada nama, dan punya banyak jaringan, menjual buku sebanyak itu bukan perkara mudah. Lain nasib dengan penulis pemula, penulis pendatang baru ini harus berjibaku dalam mempertahankan karyanya agar tetap eksis di toko buku dan laris. Pastinya tanpa melupakan manfaat dari bukunya untuk orang lain. Biasanya, penulis baru akan enggos-enggosan saat mempromosikan karyanya kepada publik.
Apakah cara ini akan menurunkan penjualan buku di toko buku? Tentu saja, tidak! Ketersediaan di perpustakaan yang terbatas bisa jadi pemicu untuk masyarakat memilikinya dengan membeli.
Baca juga: Mengenal Teks Berita, Ciri-ciri, Jenis, dan Contoh Penulisannya
Membuat Ruang Kegiatan di Perpustakaan
Penulis yang baru menerbitkan buku, acap kali mengadakan bedah buku. Sayang sekali, belum banyak penulis yang mengadakan bedah buku atau pelatihan menulis di perpustakaan. Ini disebabkan lantaran ruang kegiatan di perpustakaan belum tersedia. Seandainya setiap perpustakaan punya ruang kegiatan, ini bisa dimaksimalkan untuk temu kangen antara penulis dengan pembaca. Terlebih diadakan di perpustakaan. Semakin menambah nuansa literasi semakin kental.
Ruang kegiatan ini bukan hanya berguna untuk mengundang penulis berbagi ilmu. Pihak penyelenggara bisa memanfaatkannya untuk memanggil para artis, selebritis, dan public figure ke perpustakaan untuk memberi edukasi agar masyarakat peduli dengan membaca. Secara teori, seseorang cenderung mau melakukan sesuatu jika diminta orang yang menurutnya penting. Dengan catatan, tokoh yang diundang ke perpustakaan termasuk orang yang gemar membaca juga. Agar nilai kebermanfaatannya seimbang. Public figure bukan jadi pendorong semata yang menipu tapi juga melakukannya sehingga patut jadi teladan. Hal ini untuk menghindari cibiran masyarakat. Mungkin public figure itu bisa dijadikan brand ambassador perpustakaan setempat atau dutanya.
Menggelar Event Lomba Membaca
Membaca buku memang jadi masalah besar bagi bangsa Indonesia, dan dunia. Masalah ini jadi milik bersama. Untuk mendorong minat baca, banyak pergelaran lomba menulis diadakan. Sayangnya, jumlah lomba membaca masih belum setenar lomba menulis. Dengan mempertimbangkan bahwa arah motivasi seseorang salah satunya mau bergerak ketika mendapatkan hadiah. Untuk itulah, perlu ada lomba membaca buku bagi masyarakat.
Hal ini bisa dalam bentuk penghargaan per bulan, semester atau tahun. Konsepnya meniru penghargaan pesebakbola per bulan dalam liga atau klub. Tentu saja, perlu ada website atau aplikasi yang mendukung demi pelaksanaannya. Ada banyak hal yang perlu dipikirkan. Mulai dari rasio umur, jenjang pendidikan, ketebalan buku, tingkatan juara, dan hadiah. Misalnya, pemenang juara 1, membaca buku minimal 50 buku dalam setahun dengan minimal ketebalan buku 150 halaman ukuran A4.
Baca juga: 51 Jenis Font Keren untuk Desain dan Menulis Buku 2021