Bernas.id – Pernahkan Anda sebagai pimpinan dihadapkan oleh situasi yang sangat sulit? Di satu sisi harus berbuat adil namun tidak ingin dianggap buruk oleh bawahan? Kisah di bawah ini dapat membuat Anda terkagum-kagum akan adilnya seorang pemimpin.
Siapakah pemimpin yang paling bijaksana di muka bumi? Tak lain dan tak bukan adalah Rasulullah, Muhammad SAW. Beliau bukan saja utusan terakhir, namun sesosok pribadi yang adil, mengedepankan kepentingan orang lain, sederhana, dan rendah hati. Kahlid Muhammad Khalid dalam bukunya 10 Episode Teragung Rasulullah SAW menceritakan secara rinci bagaimana Rasullullah menghadapi permasalahan hidup dari sebelum diangkatnya menjadi Rasul sampai menjelang wafatnya. Peristiwa di bawah ini disarikan dari buku 10 Episode Manusia Teragung.
Bekerja Sama
Kala itu di Makkah sedang melakukan renovasi Ka'bah. Para kabilah Quraisy berkumpul dan berseteru tentang siapa yang paling pantas meletakkan Hajar Aswad. Pada saat itu Rasulullah Muhammad lewat. Para kabilah berseru, “Itu dia Muhammad yang bisa dipercaya! Bantulah kami mengambil keputusan!” seru para kabilah Quraisy. Rasulullah membentangkan sorbannya dan meletakkannya di tanah, lalu meletakkan Hajar Aswad. Beliau berseru untuk semua kabilah yang hadir untuk bersama-sama memegang tepian kain dan mengangkat Hajar Aswad. Dengan demikian tidak ada pimpinan kabilah yang disepelekan juga tidak ada yang diutamakan. Semuanya bekerja sama dengan baik.
Gigih dan Pantang Menyerah dalam Membela Kebenaran
Setelah diturunkannya wahyu untuk berdakwah, Rasul tidak henti melakukan ceramah. Menyebarkan ajaran agama Islam. Betapa pada saat itu beliau mengalami cacian, dilempari kotoran, namun tetap bersabar. Dengan pantang menyerah Rasulullah memberikan ceramah dan mendatangi pimpinan kabilah-kabilah yang melakukan tawaf pada saat musim haji. Pada tahun ke-10 kenabiannya, upaya Rasulullah mulai mendapatkan titik terang. Adalah peristiwa di baiat Aqabah ketika Rasul bertemu dengan enam orang dari Madinah. 6 orang itu menyatakan dirinya akan mengikuti ajaran Rasulullah. Tahun berikutnya enam orang ini membawa kembali beberapa orang dari Madinah untuk mendengarkan Rasul. Orang-orang tersebut akhirnya memeluk Islam. Demikian seterusnya hingga mereka berjumlah 73 orang. Mereka meyakini apa yang dikatakan Rasul dan bersumpah memeluk Islam. Peristiwa inilah yang pada akhirnya menghantarkan Muhammad hijrah ke Madinah.
Kompromi dengan Jalan Damai
Adalah Rasulullah, yang mau mengalah kepada kaum Quraisy demi mencapai perdamaian di antara mereka. Pada saat itu kaum muslimin terus menerus memenangkan peperangan melawan Quraisy. Rasul kemudian memutuskan untuk kembali ke Mekah dengan damai. Rindunya beliau akan kota Mekah dan keinginan melaksanakan tawaf di Masjidil Haram. Dengan keras kaum Qiraisy menolak kedatangan Rasul walaupun Rasul hanya ingin beribadah. Rasul tidak datang dengan peralatan perang dan ingin memasuki kota Mekah dengan damai.
Setelah sekian kali utusan datang, Rasul membuat kesepakatan kepada kaum Quraisy. Kesepakatan ini tertuang dalam perjanjjian Hudaibiyah. Isinya adalah bahwa beliau dan kaum muslimin akan pulang kembali bersama rombongan ke Madinah, kembali di tahun berikutnya dan hanya boleh memasuki kota Mekah selama 3 hari dan harus pulang kembali. Setiap sekutu yang ingin bergabung dengan Quraisy dan yang ingin bergabung dengan kaum Muslimin diperbolehkan dan tidak boleh disakiti.
Suatu perjanjian yang sangat merugikan di mata kaum muslimin. Bukankah kaum Muslimin selama ini menang? Bahkan dalam perjanjian Rasulullah mengalah dengan menulis “Aku Muhammad bin Abdullah” bukan menulis “Aku utusan Allah”. Ini beliau lakukan karena utusan kaum Quraisy protes dan tidak mengakui kerasulan Muhammad. Dan beliau mengalah. Rasul ingin menunjukkan akhlak kaum Muslim yang cinta perdamaian dan tidak berusaha mencari kekuasaan. Kaum Muslimin kembali ke Madinah dan melakukan penyebaran Islam dengan damai. Agama ini menyebar sangat cepat sehingga pasukan kaum Muslimin meningkat menjadi 10.000 orang.
Rendah Hati
Perjanjian Hudaibiyah pada akhirnya dilanggar sendiri oleh kaum Quraisy. Pada saat itu Makkah dikejutkan dengan datangany 10.000 pasukan kaum Muslimin ke kota Mekah. Rasulullah masuk dengan mudah ke Mekah tanpa perlawanan. Apa yang dikatakan Rasulullah ketika berhasil masuk Kota Mekah? Apakah beliau berseru dan menyombongkan kekuatan pasukannya?
Pada saat itu, di depan pintu Ka'bah Rasulullah memulai pidatonya dan berkata “Tiada Tuhan selain Allah, hanya Dia tanpa ada sekutu bagi-Nya, Allah yang menepati janjiNya dan menolong hambaNya, dan menghancurkan tentara ahzab sendiri”, kata Rasulullah. Rasulullah masih menyebut “Allah menolong hamba-Nya”. Tidak ada kesombongan di diri Rasul. Semua kemenangan ini menurut Rasul sebagai pertolongan dari Allah bukan karena dirinya.
Pemersatu Umat
Rasulullah melihat kepada para kaum Quraisy dan berkata, “Sesungguhnya Allah menghilangkan kesombongan jahiliah dan berbangga diri dari nenek moyang. Manusia dari Adam, dan Adam dari tanah”. Lalu turunlah sebuah ayat “Wahai manusia. Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa“. (QS. Al-Hujurat ayat 13). Tidaklah Rasul menyimpan dendam terhadap kaum yang menganiaya kaum Muslimin selama bertahun-tahun. Beliau justru menyatukan mereka.
Pemaaf
Salah satu kualitas pemimpin adalah bersih hatinya. Tidak menyimpan dendam dalam dirinya meskipun orang lain mengolok-oloknya. Memaafkan orang-orang yang sudah menyakiti hatinya. Kata-kata terakhir yang disampaikan beliau kepada kaum Quraisy di saat penaklukkan Kota Mekah adalah “Wahai Kaum Quraisy, apa yang aku perbuat terhadap kalian semua sekarang?” dan kaum Quraisy meminta pengampunan. Rasul tersenyum dan mengatakan “Pergilah kamu sekalian. Kalian sekarang bebas!”
Sederhana dan Mementingkan Orang Lain
Kesederhanaan beliau terlihat dari tempat tinggal beliau.Rasul hanya tidur beralaskan daun. Di rumah, Rasulullah hanya makan air dan kurma. Ketika Umar bin Khatab menangis dan meminta beliau mengambil tempat tidur yang lebih empuk Rasulullah berkata “wahai Umar, sesungguhnya ini adalah kenabian, bukan kerajaan”. Pada saat itu kaum Muslimin dapat hidup layak dan sejahtera. Semua harta rampasan perang dibagikan kepada yang fakir. Rasulullah selalu memberi, tidak meminta bagian apapun bagi dirinya dan kekurangan.
Keteladanan Rasulullah, utusan Allah yang agung menjadi inspirasi yang luar biasa bagi kita. Sebetulnya semua petunjuk bagaimana menjadi pimpinan yang baik sudah ada dalam Al-Qur'an dan Hadits. Seperti kata-kata terakhir dari Rasulullah “Telah aku tinggalkan bagi kamu sekalian. Jika kalian berpegang teguh atas apa yang aku tinggalkan itu, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya“.