YOGYAKARTA, Bernas.id – DAM Kamijoro yang berada di dusun Kamijoro, Desa Sendangsari, Pajangan, Bantul, saat ini sedang dalam proses pembangunan. Sebagai mana kita ketahui bahwa air merupakan kebutuhan pokok bagi petani, pembangunan ini diharapkan menjadi solusi untuk sistem irigasi persawahan di daerah Bantul yang belakangan terakhir bermasalah.
Drs. H. Agus Subagyo, selaku Wakil Ketua Fraksi Golkar DPRD DIY sekaligus Wakil Ketua Komisi C DPRD DIY, mengungkapkan akan latar belakang perbaikan DAM Kamijoro berasal dari keluhan para petani yang tergabung dalam panitia sembilan di Bantul. Mereka mengeluhkan akan pengairan terganggunya pengairan sawah sebagai akibat dari DAM Kamijoro yang tersumbat oleh sedimen material erupsi Gunung Merapi. Dampak permasalahan ini menjadikan air tidak lagi mengalir dan mengairi 2.600 hektar persawahan yang tersebar di 4 kecamatan dengan 11 desa yang meliputi Pandak, Srandan, Kretek, dan Sanden.
Pada tahun 2012, Agus Subagyo yang kala itu bertugas di Bantul, berupaya untuk menyuarakan keluhan petani dalam berbagai forum, termasuk kepada pimpinan DPP partai Golkar Ibu Titiek Soeharto, putri mantan presiden Soeharto. Pada waktu itu, Titiek Soeharto yang belum menjadi anggota DPR RI, Alhamdulillah langsung memberikan respon.
Atas keluhan petani yang menginginkan untuk membersihkan sedimen material penyebab tersumbatnya DAM Kamijoro, panitia sembilan mengusulkan dan meminta bantuan berupa dua buah mesin penyedot pasir seharga masing-masing Rp30 juta. Permintaan ini mendapatkan sambutan baik, bantuan sebesar 60 juta diserahkan dalam forum Temu Petani di Cegogan, Mangir, Sendangsari, Pajangan, Bantul.
Dengan bantuan 2 mesin penyedot pasir ini, ternyata belum mampu membersihkan secara menyeluruh sedimen material yang menyumbat DAM Kamijoro. Air yang mengalir ke persawahan masih sangat kecil. Sementara itu, para petani terus berusaha dengan kerja bakti di sepanjang saluran DAM Kamijoyo dan DAM Malam Bulan. Akan tetapi, usaha ini belum juga memberikan hasil yang optimal.
Sebab desakan dan keluhan petani yang harus segera mendapatkan solusi, Agus Subagyo nekat ingin membuka saluran DAM Kamijoro dengan Sungai Progo. Namun, setelah ditinjau oleh Dinas Pertanian DIY dan Sumber Daya Air DIY, ternyata elevasi saluran irigasi letaknya lebih tinggi dari Sungai Progo, sehingga pembukaan saluran dengan cara ini tidak dapat dilakukan.
Saat terpilih menjadi salah satu anggota Dewan DPRD DIY, hal pertama yang disuarakan oleh Agus Subagyo adalah membangun DAM Kamijoro. Mengingat hal ini menjadi kebutuhan fundamental bagi petani di Bantul. Ditambah lagi, DAM Kamijoyo merupakan peninggalan Belanda yang sampai saat ini masih kokoh dan fungsional.
Berbagai pihak diikutsertakan untuk melihat secara langsung akan kondisi DAM Kamijoro, termasuk Dewan Komisi C DPRD DIY bersama serta mitra kerja PUESDM DIY dengan berkonsultasi ke Kementrian PUPERA di Jakarta. Alhamdulillah, langkah ini mendapat respon yang baik. Pembangunan DAM Kamijoro mendapat bantuan senilai 86 milyar yang masuk dalam anggaran APBN dengan kontrak bersifat multi years atau secara bertahap untuk memperbaiki DAM Kamijoro. Sementara untuk pengadaan tanahnya, diserahkan kepada pemerintah daerah.
?Ratusan tahun yang lalu saja Belanda sudah bisa membangun DAM yang kokoh dan bagus seperti ini. Sekarang kita sudah merdeka. Yang sekolah di luar negeri berapa? Yang profesor berapa? Yang doktor berapa? Banyak. Kok nggak bisa membangun seperti Belanda. Malu kita sama petani. Ini kebutuhan pokok petani,? tutur Agus.
Pembangunan DAM Kamijoro mengalami perkembangan yang selanjutnya dilakukan re-design. Pembangunan ini tidak saja hanya berpusat pada irigasi, tetapi juga difungsikan untuk kepentingan air bersih. Sehingga anggaran bertambah menjadi 250 milyar.
Pengerjaan pembangunan akan terus dikawal hingga selesai. Agus Subagyo memohon doa restu masyarakat dalam pengerjaan proyek pembangunan DAM Kamijoro ini. Sehingga DAM Kamijoro dapat segera berfungsi kembali serta memberi manfaat yang luas.