HarianBernas.com-Pernahkah memikirkan siapa sih Anda sebenarnya? Apa sih jati diri Anda sesungguhnya? Apa yang Anda akan jawab kalau misalnya ditanya “Siapa Anda sesungguhnya?” atau “Anda, manusia yang seperti apa?”
Hmm.. menarik. Kebanyakan orang kadang bingung menjawab dan bergumam dalam hati “Oh iya…ya, siapa saya sesungguhnya?”
Sebenarnya Anda adalah apapun yang Anda yakini!
Misalnya, kalau ada seseorang yang meyakini bahwa dirinya adalah orang gendut maka entah kenapa orang tersebut sungguh-sungguh menjadi gendut. Bagaimanapun orang tersebut berusaha untuk bisa langsing selama dia meyakini dirinya gendut maka entah kenapa biasanya dia tetap gendut dan susah untuk langsing.
Saat seseorang meyakini sesuatu tanpa sadar pikiran, tindakannya pun akan selalu mengarah ke keyakinan tersebut.
Begitu juga soal jurusan IPA atau IPS. Anda juga tahu bahwa biasanya khalayak ramai selalu menganggap anak IPA itu selalu lebih pintar dari anak IPS. Sebenarnya, itu hanya sebuah opini saja, tapi ketika setiap orang percaya dengan hal itu, orang-orang akan sungguh menganggap itu kebenaran. Mereka pun memberlakukan anak IPA sebagai anak yang lebih pintar dari anak IPS.
Apa yang terjadi ?
Anak-anak IPS yang sebenarnya sama pintarnya dengan anak IPA, tapi karena terus-menerus menerima inputan dari luar yang selalu merendahkan anak IPS, lama-lama mereka mulai percaya opini tersebut. Anak-anak IPS pun meyakini bahwa mereka di bawah anak IPA yang ujung-ujungnya pikiran dan tindakannya pun sungguh-sungguh mencerminkan bahwa anak IPS di bawah anak IPA.
Inilah pentingnya untuk membentuk jati diri yang Anda inginkan dan memberdayakan Anda.
Jati diri bisa dibentuk dari diri sendiri ataupun dibentuk dari luar. Apapun jati diri yang Anda ambil dan yakini, pilihlah yang memberdayakan Anda.
Salah pilih jati diri, bisa salah nasib.
Banyak orang yang suka ngomong, “Saya memang nggak pandai di bidang ini”, “Saya memang pemalas”, “Saya kurang pintar”, dll. Tanpa sadar orang tersebut betul-betul menjadi apa yang diyakininya.
Ada baiknya kita membangun jati diri yang lebih memberdayakan kita. Misalnya, saya memberikan jati diri ke saya sendiri bahwa saya adalah seorang pria yang Ceria, Sehat, Bijaksana, Terus Belajar, dan Sepenuh Hati. Saat saya memberikan jati diri seperti itu, tanpa sadar, saya pun bertindak seperti apa yang jati diri yang saya berikan. Memberikan jati diri yang positif adalah kekuatan.
Kalau Anda merasa hal ini berguna untuk Anda, mulailah berikan jati diri yang positif kepada diri Anda sendiri.
Saya doakan yang terbaik untuk kita semua ^_^
Salam Dahsyat !!
Jansen Frank | Service Excellence Trainer
Bila Anda ingin mendapatkan pelajaran yang saya pelajari setiap hari gratis dan langsung saya kirimkan via WhatsApp ke Anda,silakan hubungi/SMS/WA ke: 0818 0856 5478 atau e-mail: jansen.franks@gmail.com