HarianBernas.com — Dalam dunia motivasi kita mengenal istilah afirmasi. Pernyataan yang menegaskan dan jika diucapkan rutin berulangkali membuat kita semakin percaya diri dalam upaya meraih tujuan. Entah tujuan jangka pendek atau panjang. Apakah afirmasi Anda hari ini? Sudahkah Anda mengucapkannya?
Saat ini melangkah dalam keseharian tanpa afirmasi bagaikan anak panah yang melesat tanpa arah. Hidup jadi mudah galau dan tidak menemukan ketenangan serta kebahagiaan yang sesungguhnya. Afirmasi atau affirmation memang mirip dengan doa. Hanya saja afirmasi bisa kita buat sendiri dan bisa lebih terstruktur dan spesifik.
Khasanah budaya Nusantara, apalagi Jawa, sebenarnya banyak mengandung ajaran-ajaran untuk melakukan afirmasi. Tahukah Anda bahwa struktur huruf Jawa yang dibuat tokoh legendaris Ajisaka bisa direkayasa menjadi sebuah afirmasi positif? Ajisaka menyusun aksara Jawa untuk menceritakan sebuah tragedi yang telah terjadi. Ha Na Ca Ra Ka (ada utusan), Da Ta Sa Wa La (saling bertengkar), Pa Dha Ja Ya Nya (sama saktinya), Ma Ga Ba Tha Nga (mati bersama).
Guru Besar Filsafat UGM Alm. Prof. DR. Damarjati Supajar, merenungkan perlunya reformasi struktur aksara Jawa yang masyur dengan nama Dhentawyanjana itu. Gunanya untuk menegaskan cita-cita dan harapan masyarakat Nusantara di era kekinian dan masa depan yang semakin baik. Menyongsong kembali keemasan bangsa yang menjadi mercusuar dunia.
Begini struktur barunya: Ka Ma Ba Tha Ra (darah derajat dewa), Ga Da Sa Nya Ta (jadi senjata nyata), Na La Pa Dha Nga (bersinarlah jiwa), Ja Wa Ha Ca Ya (turunlah hujan cahaya). Makna secara keseluruhannya, bahwa saat ini setiap diri perlu terus berjuang mensucikan hati dan perilaku yang bertujuan membuahkan amal atau keturunan yang berkualitas tinggi.
Proses itu menjadi sebab seseorang memiliki senjata ampuh, bagai gada yang menghancurkan dan menaklukan ego dan nafsu pribadi sebagai syarat melahirkan trah atau anak-anak yang berakhlaq. Jiwa seseorang pun menjadi terang benderang menerangi langkah hidupnya hingga terasa derasnya hujan cahaya Ilahi bagi seluruh alam semesta.
Bagi komunitas “Ngaji Damarjati”, yakni perkumpulan para penggali, pelestari dan pengembang pemikiran Alm. Damarjati Supajar, reformasi struktur huruf Jawa ini penting. Manfaatnya adalah untuk merekonstruksi kembali alam pikiran sadar dan bawah sadar orang Jawa khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Lewat reformasi struktur aksara ini, dilakukan upaya agar manusia Indonesia mampu membuka lembaran baru sejarah. Tidak terbelenggu oleh masa lalu yang penuh tragedi kelam.
Secara pribadi pun punya fungsi afirmasi kuat untuk meraih kebahagiaan dan kejayaan hidup seseorang. Afirmasi struktur huruf Jawa tadi menyiratkan kata-kata “Aku membuka diri untuk terus berjuang mensucikan diri demi kualitas generasi. Yakni anak keturunan yang kuharapkan mampu mendoakan dan menaikkan derajatku di sisi Ilahi. Aku gunakan proses laku suci ini sebagai senjata untuk menaklukan ego pribadi. Maka bersinarlah jiwaku kembali, dan hujan cahaya pun turun dari langit kesadaran sejati”.
Kama Bathara (baca: Komo Bathoro), Gada Sanyata (baca: Godo Sanyoto), Nala Padhanga (baca: Nolo Padhango), Jawaha Caya (baca: Jawaho Coyo), selain bermakna dalam dan puitis, juga memiliki energi luar biasa untuk membangkitkan totalitas daya hidup. Tentunya jika di afirmasikan dengan penuh kesadaran, keikhlasan dan kemantapan. Bisa dikatakan, inilah afirmasi model Jawa yang up todate.